Intisari-online.com -Kerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Panembahan Senopati pada tahun 1584 M di Alas Mentaok, Yogyakarta.
Kerajaan tersebut mengalami zaman keemasan Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung.
Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645 M.
Sultan Agung adalah seorang pemimpin yang tegas, bijaksana, dan berwawasan luas.
Ia memiliki cita-cita untuk menyatukan seluruh Pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir Belanda (VOC) yang mulai merambah ke wilayahnya.
Untuk mewujudkan cita-citanya, Sultan Agung melakukan berbagai upaya, di antaranya:
- Melakukan ekspansi wilayah ke berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.
Beberapa daerah yang berhasil ditaklukkan oleh Mataram antara lain Surabaya, Madura, Wirasaba, Lasem, Pasuruan, Malang, Banten, Cirebon, dan Priangan.
- Membangun ibu kota baru di Karta, yang kemudian dikenal sebagai Kota Gede. Kota ini dibangun dengan konsep tata ruang yang harmonis, indah, dan megah.
Di kota ini pula Sultan Agung mendirikan Masjid Agung, yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pemerintahan Mataram.
Baca Juga: Latar Belakang Utama Perlawanan Berbagai Kerajaan yang Ada di Bali Tahun 1846, 1848, dan 1849
- Melakukan reformasi administrasi, hukum, dan militer. Sultan Agung menetapkan sistem pemerintahan yang terpusat, dengan pembagian wilayah menjadi beberapa kadipaten yang dipimpin oleh bupati.
Ia juga menetapkan hukum yang berdasarkan pada syariat Islam, adat Jawa, dan keputusan raja. Selain itu, ia juga memperkuat pasukan militer dengan membentuk beberapa satuan khusus, seperti prajurit Jawa, prajurit Madura, prajurit Bali, dan prajurit Bugis.
- Meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya. Sultan Agung mendorong perkembangan perdagangan, pertanian, dan kerajinan di wilayah Mataram.
Ia juga memelihara hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan tetangga, seperti Mataram Hindu, Aceh, Johor, dan Makassar.
Di bidang budaya, Sultan Agung mengembangkan seni dan sastra Jawa, seperti wayang, gamelan, tembang, dan babad.
Meskipun Sultan Agung berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan, ia juga menghadapi beberapa tantangan dan kegagalan, di antaranya:
- Gagal menaklukkan Batavia, yang menjadi markas VOC.
Sultan Agung melakukan dua kali penyerangan ke Batavia, yaitu pada tahun 1628 dan 1629, namun keduanya tidak berhasil.
Hal ini disebabkan oleh persiapan yang kurang matang, kondisi geografis yang tidak menguntungkan, dan perlawanan sengit dari VOC dan sekutunya.
- Mengalami pemberontakan dari beberapa daerah yang tidak puas dengan kebijakan Mataram.
Beberapa daerah yang memberontak antara lain Blitar, Kediri, Tuban, dan Madura.
Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Sultan Agung, namun juga menimbulkan kerugian dan ketidakstabilan di dalam Mataram.
- Menghadapi masalah suksesi takhta setelah kematiannya.
Sultan Agung tidak menunjuk pengganti yang jelas sebelum ia wafat pada tahun 1645.
Hal ini menyebabkan persaingan dan konflik antara putra-putranya, yang akhirnya memicu perpecahan dan kemunduran Mataram.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Sultan Agung adalah salah satu raja terbesar dalam sejarah Indonesia.
Ia berhasil membawa Mataram ke zaman keemasan, dengan berbagai prestasi dan inovasi di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Namun, ia juga menghadapi berbagai tantangan dan kegagalan, yang menjadi pelajaran berharga bagi generasi selanjutnya.
Demikianlah,zaman keemasan Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung, mengalami perubahan berikut ini.
Sultan Agung pantas dihormati dan dijadikan teladan oleh bangsa Indonesia.