Cara Manusia Memenuhi Kebutuhan Saat Sebelum Ada Konsep Uang

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan sebelum ada konsep uang.
Ilustrasi - Bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan sebelum ada konsep uang.

Intisari-online.com - Uang adalah alat tukar yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

Uang memiliki fungsi sebagai alat tukar, satuan hitung, penyimpan nilai, dan standar pembayaran.

Lalu, bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan saat sebelum ada konsep uang?

1. Sistem Barter

Sistem barter adalah sistem pertukaran barang atau jasa secara langsung tanpa menggunakan uang sebagai perantara.

Sistem ini muncul pada zaman bercocok tanam, sekitar 10.000 tahun lalu, bersamaan dengan Zaman Neolitikum.

Pada masa ini, manusia mulai hidup menetap dan menghasilkan makanan sendiri dengan bercocok tanam.

Mereka juga mengembangkan kerajinan tangan seperti gerabah, beliung, dan perhiasan.

Dalam sistem barter, manusia menukar barang atau jasa yang dimilikinya dengan barang atau jasa yang diinginkan dari orang lain.

Misalnya, seorang petani menukar hasil panennya dengan seorang pengrajin yang membuat alat-alat pertanian.

Atau, seorang nelayan menukar ikan yang telah dikeringkan dengan seorang penenun yang membuat kain.

Sistem ini mengharuskan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam transaksi.

Kelebihan sistem barter adalah dapat mempererat hubungan sosial antara manusia, karena mereka harus saling mengenal dan bertoleransi.

Baca Juga: Kok Ada Mantan Menteri Tidak Bisa Berobat Karena Tak Punya Uang? Inilah kisah Menteri 'Termiskin' Di Indonesia

Selain itu, sistem ini juga tidak memerlukan biaya produksi, penyimpanan, atau pencetakan uang. Namun, sistem ini juga memiliki banyak kekurangan, antara lain:

1. Sulit menentukan nilai barang atau jasa yang setara, karena tidak ada satuan ukuran yang baku.

2. Sulit mencari orang yang memiliki kebutuhan dan penawaran yang sesuai, karena tidak ada pasar yang terorganisir.

3. Sulit membagi barang atau jasa menjadi pecahan yang lebih kecil, karena tidak ada satuan fraksional yang baku.

4. Sulit menyimpan barang atau jasa dalam jangka panjang, karena rentan rusak, lapuk, atau hilang.

2. Pertukaran Berbasis Nilai

Pertukaran berbasis nilai adalah sistem pertukaran barang atau jasa dengan menggunakan benda-benda yang memiliki nilai intrinsik atau nilai yang melekat pada benda itu sendiri.

Benda-benda ini biasanya berasal dari alam, seperti logam mulia, garam, biji-bijian, hewan ternak, atau kulit binatang.

Benda-benda ini dipilih karena memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

- Langka, sehingga memiliki nilai tinggi dan tidak mudah dipalsukan.

- Tahan lama, sehingga dapat disimpan dalam jangka panjang tanpa mengalami kerusakan.

- Dapat dibagi, sehingga dapat disesuaikan dengan nilai barang atau jasa yang ditukarkan.

- Mudah diangkut, sehingga dapat dibawa ke mana-mana tanpa memerlukan alat khusus.

Pertukaran berbasis nilai muncul pada zaman logam, sekitar 5.000 tahun lalu, bersamaan dengan Zaman Perunggu.

Pada masa ini, manusia mulai mengolah logam menjadi berbagai bentuk, seperti perhiasan, senjata, atau alat-alat rumah tangga.

Mereka juga mulai melakukan perdagangan jarak jauh dengan menggunakan kapal, kereta, atau unta.

Dalam pertukaran berbasis nilai, manusia menukar barang atau jasa yang dimilikinya dengan benda-benda yang memiliki nilai intrinsik yang setara.

Baca Juga: Dalam Sejarah, Bagaimana Cara Manusia Memenuhi Kebutuhan Saat Belum Ada Konsep Uang?

Misalnya, seorang pedagang menukar emas dengan rempah-rempah dari negeri lain.

Atau, seorang peternak menukar sapi dengan garam dari daerah pegunungan.

Sistem ini mengharuskan adanya standar nilai yang disepakati oleh masyarakat.

Kelebihan pertukaran berbasis nilai adalah dapat memperluas jangkauan perdagangan, karena benda-benda yang digunakan sebagai alat tukar dapat diterima oleh masyarakat yang berbeda.

Selain itu, sistem ini juga dapat mempermudah perhitungan, karena benda-benda yang digunakan sebagai alat tukar memiliki nilai yang tetap.

Namun, sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

- Sulit menentukan berat atau ukuran benda-benda yang digunakan sebagai alat tukar, karena tidak ada alat ukur yang baku.

- Sulit mengatur suplai atau permintaan benda-benda yang digunakan sebagai alat tukar, karena tergantung pada faktor alam, seperti cuaca, panen, atau bencana.

- Sulit mengawasi kualitas atau kemurnian benda-benda yang digunakan sebagai alat tukar, karena terdapat kemungkinan adanya pemalsuan, pencampuran, atau pengurangan.

3. Sistem Utang Piutang

Sistem utang piutang adalah sistem pertukaran barang atau jasa dengan menggunakan catatan atau janji pembayaran di masa depan.

Catatan atau janji pembayaran ini biasanya berupa tulisan, simbol, atau cap yang menunjukkan jumlah, waktu, dan pihak yang terlibat dalam transaksi.

Baca Juga: Rangkuman Sejarah Uang di Indonesia, Dari Masa Kerajaan Sampai Kini

Catatan atau janji pembayaran ini dapat berupa surat hutang, cek, wesel, atau kartu kredit.

Sistem utang piutang muncul pada zaman modern, sekitar 500 tahun lalu, bersamaan dengan Zaman Renaisans.

Pada masa ini, manusia mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Mereka juga mengembangkan sistem keuangan, perbankan, dan pasar modal.

Dalam sistem utang piutang, manusia menukar barang atau jasa yang dimilikinya dengan catatan atau janji pembayaran yang dapat ditagih di masa depan.

Misalnya, seorang pembeli menukar barang yang dibelinya dengan cek yang dapat dicairkan di bank.

Atau, seorang penjual menukar jasa yang diberikannya dengan kartu kredit yang dapat digunakan untuk berbelanja.

Sistem ini mengharuskan adanya kepercayaan dan hukum yang mengatur transaksi.

Kelebihan sistem utang piutang adalah dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas perdagangan, karena catatan atau janji pembayaran yang digunakan sebagai alat tukar tidak memerlukan biaya penyimpanan, pengangkutan, atau pengamanan.

Selain itu, sistem ini juga dapat meningkatkan likuiditas dan kredit, karena catatan atau janji pembayaran yang digunakan sebagai alat tukar dapat dipinjamkan, digadaikan, atau dijual.

Namun, sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

- Sulit menjamin ketersediaan atau kelancaran pembayaran, karena tergantung pada kemampuan dan niat pihak yang berutang.

- Sulit mengendalikan inflasi atau deflasi, karena tergantung pada jumlah uang yang beredar di masyarakat.- Sulit mengatasi risiko atau kerugian, karena terdapat kemungkinan adanya gagal bayar, penipuan, atau kebangkrutan.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cara manusia memenuhi kebutuhan saat sebelum ada konsep uang adalah dengan menggunakan sistem barter, pertukaran berbasis nilai, dan sistem utang piutang.

Ketiga sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta mengalami perkembangan seiring dengan perubahan zaman.

Uang adalah hasil dari evolusi sistem pertukaran yang mencoba mengatasi berbagai masalah yang timbul dari sistem-sistem sebelumnya.

Namun, uang juga bukanlah sesuatu yang sempurna dan tetap, melainkan sesuatu yang dinamis dan adaptif.

Oleh karena itu, manusia harus terus belajar dan berinovasi untuk menciptakan sistem pertukaran yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan zaman.

Demikianlah,bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan saat sebelum ada konsep uang?

Artikel Terkait