Intisari-Online.com -Pada 19 Oktober 1999, Timor Timur resmi memisahkan diri dari Indonesia setelah melakukan referendum.
Referendum ini menimbulkanberbagai dampak bagi Indonesia dan Timor Leste.
Namun, apa sajadampak positif dan negatif referendum Timor Timur tersebut?
Mari kita simak ulasan berikut ini.
Sejarah Singkat Referendum Timor Timur
Timor Timur adalah bekas jajahan Portugis yang dikuasai oleh Indonesia pada tahun 1975.
Indonesia mengklaim bahwa Timor Timur telah menyatakan integrasi secara sukarela ke dalam NKRI.
Namun, klaim ini ditentang oleh Portugal dan sebagian rakyat Timor Timur yang menginginkan kemerdekaan.
Mereka mendirikan gerakan perlawanan yang disebut Fretilin.
Selama 22 tahun, terjadi konflik bersenjata dan pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur.
Baca Juga: Mengapa Krisis Keuangan yang Berawal di Thailand dapat Berpengaruh Terhadap Indonesia?
Indonesia mendapat tekanan dari dunia internasional untuk menyelesaikan masalah Timor Timur secara damai.
Pada tahun 1998, Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang lengser akibat reformasi.
Habibie mengambil kebijakan yang mengejutkan, yaitu memberikan dua opsi kepada rakyat Timor Timur, yaitu otonomi khusus atau kemerdekaan.
Opsi ini disepakati oleh Indonesia dan Portugal dengan bantuan PBB.
Melansir Kompas.com, pada 5 Mei 1999, ditandatangani perjanjian New York yang mengatur tentang referendum di Timor Timur.
Referendum ini dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 dengan pengawasan PBB.
Hasilnya, 78,5 persen rakyat Timor Timur memilih kemerdekaan.
Pada 19 Oktober 1999, MPR Indonesia menyetujui hasil referendum Timor Timur dan mencabut statusnya sebagai provinsi ke-27.
Timor Timur kemudian menjadi negara merdeka dengan nama Timor Leste pada 20 Mei 2002.
Dampak Positif Referendum Timor Timur
Referendum Timor Timur memiliki dampak positif bagi Indonesia dan Timor Leste, antara lain:
Baca Juga: Mengapa para Pelajar dan Pemuda Ikut Bergabung dalam Aksi Mahasiswa 15 Januari 1974?
- Indonesia dapat mengakhiri konflik yang berkepanjangan dan menghemat biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan Timor Timur.
Indonesia juga dapat memperbaiki citra dan hubungan dengan dunia internasional yang sebelumnya mengkritik Indonesia atas pelanggaran HAM di Timor Timur.
- Timor Leste dapat meraih kemerdekaan dan kedaulatan sebagai negara baru.
Selain itu, Timor Leste juga dapat membangun demokrasi dan pembangunan dengan bantuan dari PBB dan negara-negara donor.
Timor Leste juga dapat menjalin hubungan baik dengan Indonesia sebagai tetangga dan mitra.
- Indonesia dan Timor Leste dapat meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Kedua negara juga dapat menyelesaikan masalah perbatasan dan sumber daya alam secara damai dan saling menguntungkan.
Dampak Negatif Referendum Timor Timur
Referendum Timor Timur juga memiliki dampak negatif bagi Indonesia dan Timor Leste, antara lain:
- Indonesia kehilangan wilayah dan penduduk yang potensial.
Indonesia juga harus menghadapi masalah pengungsi dan korban jiwa akibat kekerasan pasca referendum.
Selain itu, Indonesia juga harus menghadapi ancaman disintegrasi bangsa dari daerah-daerah lain yang menuntut kemerdekaan, seperti Aceh dan Papua.
- Timor Leste menghadapi tantangan besar sebagai negara baru.
Timor Leste harus membangun infrastruktur, pemerintahan, hukum, dan ekonomi yang hampir hancur akibat konflik.
Di sisi lain, Timor Leste juga harus mengatasi kemiskinan, pengangguran, ketergantungan, dan ketidakstabilan politik dan sosial.
- Indonesia dan Timor Leste harus mengatasi trauma dan luka batin akibat konflik yang berdarah.
Dtambah lagi, Indonesia dan Timor Leste juga harus mengatasi masalah kepercayaan dan kesalahpahaman yang timbul akibat propaganda dan manipulasi informasi.
Indonesia dan Timor Leste juga harus mengatasi masalah etnis, agama, dan budaya yang berbeda dan berpotensi menimbulkan konflik.
Demikian ulasan tentangdampak positif dan negatif referendum Timor Timur pada 19 Oktober 1999
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.
Baca Juga: Mengapa para Mahasiswa Melakukan Aksi pada 15 Januari 1974?