Mengapa para Mahasiswa Melakukan Aksi pada 15 Januari 1974?

Ade S

Editor

AKSI MALARI (Limabelas Januari) 1974 di sepanjang Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Artikel ini menjelaskan mengapa para mahasiswa melakukan aksi pada 15 Januari 1974 dan apa yang menjadi tuntutan mereka.
AKSI MALARI (Limabelas Januari) 1974 di sepanjang Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Artikel ini menjelaskan mengapa para mahasiswa melakukan aksi pada 15 Januari 1974 dan apa yang menjadi tuntutan mereka.

Intisari-Online.com -Anda mungkin pernah mendengar tentang peristiwa Malari, yang terjadi pada 15 Januari 1974 dan menelan korban jiwa, harta benda, dan kebebasan.

Namun, tahukah Anda apa yang melatarbelakangi peristiwa tersebut?

Mengapa para mahasiswa melakukan aksi pada 15 Januari 1974 dan apa yang menjadi aspirasi mereka?

Dalam artikel ini, kita akan membahas latar belakang, dan kronologi dari peristiwa Malari.

Kronologi Peristiwa15 Januari 1974

Tidak seorang pun dari mahasiswa yang berdemonstrasi pada 15 Januari 1974 menduga bahwa hari itu akan berakhir tragis.

Peristiwa tersebut kemudian diberi nama "Malapetaka 15 Januari 1974" atau Malari.

MelansirKompas.com, dipimpin oleh Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Hariman Siregar, ribuan mahasiswa melakukan aksi protes di berbagai lokasi di Jakarta.

Mereka berjalan kaki dari Kampus UI di Salemba, menuju Universitas Trisakti, Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat.

Gerakan mahasiswa ini dipicu oleh ketidakpedulian penguasa terhadap kepentingan rakyat, sehingga mereka menuntut perubahan.

Mereka mengecam rezim Orde Baru yang membiarkan investasi asing masuk tanpa kontrol, yang dapat menimbulkan korupsi di pemerintahan, serta merusak lingkungan dan hak asasi manusia.

Baca Juga: Bagaimana Akhir Masa dari Pemerintahan Orde Baru Pimpinan Soeharto?

Oleh karena itu, Hariman Siregar dan ribuan pengunjuk rasa lainnya menolak kebijakan modal asing yang tidak pro-rakyat.

Namun, aksi tersebut ternyata dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang menyebabkan kerusuhan, kekerasan, dan penjarahan.

Data resmi menyebutkan, ada 11 orang tewas, 300 luka-luka, dan 775 orang ditangkap.

Selain itu, 807 mobil dan 187 sepeda motor dibakar, 144 bangunan rusak, serta 160 kilogram emas raib dari beberapa toko perhiasan.

Akibatnya, Hariman harus mendekam di penjara. Menurut Harian Kompas, 23 Desember 1974, Hariman dituding melakukan tindak pidana subversi. Dia disangka sebagai otak di balik peristiwa Malari.

Hariman akhirnya menghabiskan waktu sekitar dua tahun enam bulan di penjara. Namun, dalam masa itu, ayah dan anak kembarnya meninggal dunia, sementara istrinya sakit-sakitan.

Apa yang Sebenarnya Ingin Disampaikan Mahasiswa pada 15 Januari 1974?

Peristiwa Malari menyembunyikan apa yang sejatinya menjadi aspirasi mahasiswa saat itu.

Sejak Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing diberlakukan, pemerintah memberikan kemudahan bagi para investor untuk berinvestasi, demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Undang-undang ini dikeluarkan, tak lama setelah Soeharto menjadi presiden.

Kaum intelektual, yang diwakili oleh mahasiswa dan pelajar, menilai kebijakan tersebut mengabaikan dampak kerusakan alam dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi akibat investasi massal.

Atas dasar itu, mahasiswa dan pelajar mengeluarkan Apel Tritura 1974.

Mereka mendesak pemerintah menurunkan harga bahan pokok, membubarkan lembaga asisten presiden (aspri), dan menindak tegas koruptor-koruptor.

Demikian artikel tentang peristiwa Malari. Semoga dengan mengetahui mengapa para mahasiswa melakukan aksi pada 15 Januari 1974, kita dapat menghargai pengorbanan mereka dan belajar dari kesalahan masa lalu.

Baca Juga: Bagaimana Dampak Pemerintahan Orde Baru dan Relevansinya Bagi Masa Kini?

Artikel Terkait