Intisari-online.com - Sebuah video penampakan disebut hantu kuyang tengah menggegerkan warga Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Video tersebut direkam oleh Acep, pemilik rumah di Desa Cipenjo, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor pada Jumat (5/1/2024) malam lalu.
Dalam video tersebut, terlihat sosok yang diduga sebagai hantu kuyang berada di depan pintu rumah Acep.
Video tersebut menjadi viral di media sosial dan membuat penghuni rumah terkejut.
Meski viral disebut dikatakan bahwa hantu tersebut berjenis Kuyang, Asep menepis bahwa sosok dalam rekaman tersebut adalah kuyang.
Pasalnya, videonya yang viral diupload ulang oleh akun lain dengan keterangan yang mengatakan bahwa penampakan itu adalah kuyang.
Meski demikian, Asep membenarkan bahwa penampakan dalam rekaman tersebut benar adanya.
Melansir Tribun Bogor, kejadian bermula di dalam rumahnya saat itu ada Acep bersama istrinya dan kedua anaknya yang mana paling kecil berusia 7 tahun.
"Itu kejadian malam Sabtu mau maghrib, mau maghrib itu dia udah ada (bayangan), gak ada suara sama sekali. Posisi kita mau salat maghrib, duduk di sofa, saat main HP pas lihat ke depan yang pertama lihat itu anak, itu siapa ?, katanya," cerita Acep.
Saat itu, kebetulan Acep sedang berada di ruangan rumah bagian belakang.
Acep sempat menjawab ada orang kali, setelah mendengar suara anaknya yang bertanya.
Namun anaknya malah ketakutan melihat bayangan hitam yang bergerak-gerak melalui kaca jendela kecil pintu depan rumahnya itu.
"Bentukannya itu semacam kayak boneka, kayak digantung, kayak boneka kebalik kepalanya di bawah, ada rambutnya, gerak-gerak ke kiri ke kanan," kata Acep.
Di tengah rasa takut dan berucap doa, istri Acep mencoba merekam sosok bayangan hitam tersebut menggunakan ponsel untuk memastikan apakah bisa terekam kemera atau tidak.
Ternyata sosok bayangan hitam itu nampak terekam di rekaman videonya.
Sementara itumitos mengenai Kuyang, berasal dari Kalimantan dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Kuyang adalah nama hantu yang melegenda di Pulau Kalimantan. Biasanya berwujud wanita.
Ia bisa melepas kepala dari bagian tubuhnya dan terbang bersama organ tubuhnya seperti jantung, hati, usus dan ginjal.
Apabila kuyang terbang di malam hari, biasa ada semacam cahaya merah atau api kecil yang mengikutinya.
Kuyang merupakan manusia biasa yang pada siang hari membaur dengan lingkungannya.
Tetapi, ia akan bergentayangan ketika malam hari dengan membawa kepalanya saja.
Seperti dilansir dari buku Kumpulan Kisah Nyata Hantu di 13 Kota karya Argo Wikanjati, kuyang adalah manusia hantu yang suka menghisap darah bekas seorang ibu melahirkan, bahkan suka menghisap darah bayi yang baru dilahirkan.
Kuyang memiliki dua taring di kiri dan kanan mulutnya. Biasanya, kuyang mencari mangsa pada malam hari.
Dan untuk mengelabuhi korbannya, sewaktu-waktu kuyang bisa berubah menjadi seekor burung atau kucing.
Kuyang biasa mendatangi seorang perempuan yang hail besar dan mengusap perutnya.
Kuyang berasal dari manusia hidup yang bisa berubah menjadi makhluk penghisap darah.
Dalam buku itu disebutkan, orang Banjar mencirikan kuyang sebagai seorang perempuan berambut panjang yang saat berjalan di malam hari selalu menutupi bekas guratan di lehernya atau menutupi bagian kepala dengan kain, supaya tidak kepanasan terkena sengatan matahari.
Orang Banjar juga yakin bahwa kuyang takut dengan bawang merah, terlebih dengan bawang merah tunggal.
Selain itu, makhluk jadi-jadian ini juga takut dengan cermin, sisir, pisau dan rumput jariangau.
Untuk menghindari gangguan kuyang, orang-orang sering meletakkan benda-benda tersebut di dekat seorang ibu yang baru melahirkan atau bayi yang baru dilahirkan.
Umumnya, orang Banjar juga menggunakan tali ijuk sebagai tali ayunan bayi yang di- pukung (dibedong sehingga menutup bagian leher dan hanya kelihatan bagian wajah-kepala).
Tujuannya, untuk mencegah dan menghindari gangguan kuyang dan makhluk halus. Sebab, konon katanya, kuyang dan makhluk halus itu takut dengan tali ijuk.
Untuk itu, ijuk juga dipakai sebagai dinding atau pelindung rumah.
Caranya dengan mengikatkan tali ijuk tersebut di sekeliling bagian atas rumah.
Biasanya, kuyang yang melayang bersama organ tubuhnya itu akan tersangkut di tali ijuk yang terpasang di atap dan dedak bisa menempel di organ-organ dalam miliknya.
Oleh sebab itu, orang-orang zaman dulu sering meletakkan dedak atau tali ijuk di atap rumah.