Gringsing, Kain Tenun Bali yang Diburu Kolektor Dunia dengan Harga Fantastis

Yoyok Prima Maulana

Editor

Kain Gringsing, kain tenun asal Bali yang menjadi incaran kolektor dunia.
Kain Gringsing, kain tenun asal Bali yang menjadi incaran kolektor dunia.

Intisari-online.com -Apakah Anda pernah melihat kain tenun yang memiliki motif dan warna yang sangat indah dan unik? Kain tenun yang bisa membuat Anda terpesona dengan keajaiban dan kekuatan magisnya? Kain tenun yang bisa membuat Anda rela merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah untuk memilikinya?

Kain tenun itu adalah kain gringsing, kain tenun khas Bali yang dibuat dengan teknik ikat ganda yang sangat langka dan rumit. Teknik inisangat jarang dan sulit ditemukan dan hanya ada di tiga negara di dunia, yaitu Indonesia, Jepang, dan India.

Kain gringsing berasal dari desa adat Tenganan, Karangasem. Kain ini digunakan untuk berbagai upacara adat dan keagamaan, dan dipercaya memiliki kekuatan untuk menolak bala, menyembuhkan penyakit, dan melindungi dari pengaruh buruk.

Menggunakan teknik ikat ganda, proses penenunan dilakukan dengan cara mengikat benang secara vertikal dan horizontal sebelum dijadikan kain. Benang yang digunakan berasal dari kapuk berbiji satu yang didatangkan dari Nusa Penida.

Benang tersebut dipintal dengan tangan menggunakan alat pintal tradisional, kemudian direndam dalam minyak kemiri selama 40 hari hingga satu tahun untuk membuatnya lebih kuat dan halus.

Setelah direndam, benang akan diikat dengan menggunakan daun pisang, lidi, atau kawat. Ikatannya harus sangat rapi dan akurat agar motif yang diinginkan dapat terbentuk dengan sempurna. Proses pengikatan ini membutuhkan keterampilan dan kesabaran yang tinggi, karena bisa memakan waktu hingga beberapa bulan.

Setelah diikat, benang akan dicelupkan dalam pewarna alami yang berasal dari tumbuhan, seperti kunyit, mengkudu, indigo, dan lain-lain. Pewarnaan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga warna yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Warna yang umum digunakan untuk kain gringsing adalah merah, hitam, dan putih.

Setelah dicelup, benang akan dilepas dari ikatannya dan disusun menjadi kain dengan menggunakan alat tenun tradisional.

Proses penenunan ini juga memerlukan ketelitian dan keahlian yang tinggi, karena motif yang terbentuk harus sama antara bagian depan dan belakang kain. Kain gringsing yang sudah jadi biasanya memiliki panjang sekitar 2,5 meter dan lebar sekitar 50 cm.

Kain gringsing memiliki berbagai motif yang memiliki makna tersendiri. Motif yang paling terkenal adalah motif cepuk, yang menggambarkan keindahan langit malam dengan bintang, bulan, dan matahari.

Motif ini diyakini berasal dari inspirasi Dewa Indra, yang mengajarkan teknik ikat ganda kepada masyarakat Tenganan. Motif lain yang populer adalah motif poleng, yang terdiri dari garis-garis hitam dan putih yang melambangkan keseimbangan antara baik dan buruk.

Kain gringsing tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga memiliki nilai magis yang dipercaya oleh masyarakat Tenganan. Kain ini digunakan untuk berbagai upacara adat dan keagamaan, seperti potong gigi, pernikahan, dan ngaben.

Kain ini juga dianggap sebagai penolak bala, penyembuh penyakit, dan pelindung dari pengaruh buruk. Kain ini juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Tenganan.

Karena keunikan dan keindahannya, kain gringsing menjadi salah satu kain tenun yang paling dicari oleh kolektor dan pecinta kain tenun di dunia. Kain ini juga menjadi cenderamata yang diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Bali, khususnya ke desa Tenganan.

Namun, kain gringsing tidak mudah didapatkan, karena jumlahnya yang terbatas dan proses pembuatannya yang lama. Kain ini juga dibanderol dengan harga yang fantastis, mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah per lembar .

Kain gringsing merupakan salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan hingga saat ini. Kain ini merupakan bukti dari kekayaan dan kearifan lokal masyarakat Tenganan dalam mengolah alam menjadi karya seni yang bernilai tinggi. #LestariBudayaNegeri

Baca Juga: Sejarah dan Perkembangan Kain Tenun Ulos dari Masa ke Masa

Artikel Terkait