Intisari-online.com - Kain tenun ulos adalah salah satu warisan budaya bangsa yang berasal dari suku Batak.
Ulos memiliki nilai dan filosofi yang sangat dalam bagi masyarakat Batak.
Ulos merupakan lambang kasih sayang, berkat, dan persaudaraan antara sesama. Ulos juga berperan sebagai pakaian adat, selendang, penutup kepala, sampai gendongan bayi.
Namun, apakah Anda tahu bagaimana kain tenun ulos bermula dan berkembang dari masa ke masa?
Asal Usul Kain Tenun Ulos
Menurut situs warisan budaya kemdikbud.go.id, ulos diperkenalkan oleh masyarakat Batak pada abad ke-14 bersamaan dengan masuknya alat tenun tangan dari India.
Ulos berasal dari kata yang berarti kain dan cara pembuatannya menggunakan alat tenun dan bukan mesin.
Pada awalnya, ulos berfungsi untuk menghangatkan tubuh. Hal ini karena leluhur suku Batak adalah orang-orang gunung yang hidup dan bertani di daerah pegunungan.
Mereka harus siap menghadapi dinginnya udara yang menusuk tulang.
Dari ketiga sumber kehangatan yang mereka andalkan, yaitu matahari, api, dan ulos, ulos dianggap paling nyaman, menyehatkan tubuh, dan menyenangkan hati.
Ulos juga memiliki nilai sakral dan keramat bagi masyarakat Batak. Ulos dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi pemakainya dari bencana, penyakit, dan roh jahat.
Ulos menjadi simbol status sosial dan identitas kelompok.Kain ini dipakai dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan lain-lain. Ulos juga diberikan sebagai hadiah, tanda hormat, atau permintaan maaf.
Perubahan Kain Tenun Ulos
Seiring dengan perkembangan zaman, kain tenun ulos mengalami berbagai perubahan. Baik dari segi bahan, warna, motif, maupun cara pembuatan.
Jika dahulu ulos dibuat dari bahan alami, seperti kapas, rami, atau serat nanas, kini ulos juga dibuat dari bahan sintetis, seperti rayon, nilon, atau poliester.
Dulu ulos hanya menggunakan warna alami, seperti hitam, merah, kuning, dan putih, kini ulos juga menggunakan warna-warna cerah, seperti biru, hijau, atau ungu.
Jika sebelumnya kain ini ulos memiliki motif-motif tradisional, seperti ragi hotang, sibolang, atau mangiring, kini ulos juga memiliki motif-motif modern, seperti bunga, binatang, atau geometris.
Cara pembuatan ulos juga mengalami perubahan.
Dulu kain inidibuat secara manual dengan alat tenun tangan, kini ulos juga dibuat secara mekanis dengan mesin tenun.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses produksi dan memenuhi permintaan pasar. Namun, tentu saja, ulos yang dibuat dengan mesin tenun tidak memiliki nilai seni dan budaya yang sama dengan ulos yang dibuat dengan alat tenun tangan.
Selain itu, ulos juga mengalami perluasan fungsi dan penggunaan. Jika dahulu ulos hanya digunakan sebagai pakaian atau aksesori, kini ulos juga digunakan sebagai bahan kerajinan, seperti tas, dompet, sepatu, sandal, sarung bantal, taplak meja, atau gantungan kunci.
Ulos juga tidak hanya dipakai oleh masyarakat Batak, tetapi juga oleh masyarakat lain yang menghargai keindahan dan keunikan ulos. #LestariBudayaNegeri
Baca Juga: Kisah Kain Tenun Indonesia, Seni yang Menyimpan Sejarah Nusantara