Intisari-online.com - Presiden Soeharto adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Ia memimpin negara ini selama 31 tahun.
Tepatnya dari tahun 1967 hingga 1998, melalui berbagai tantangan dan perubahan.
Namun, di balik keberhasilan dan kontroversinya, ternyata Soeharto pernah merasa kelelahan menjadi presiden Indonesia.
Kelelahan Soeharto tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga psikis.
Ia mengaku bahwa memimpin Indonesia bukanlah perkara mudah.
Beliau juga harus menghadapi berbagai masalah, mulai dari pemberontakan, konflik, krisis ekonomi, hingga tuntutan reformasi.
Ia juga harus memikirkan nasib rakyatnya yang beragam dan berbeda-beda.
Salah satu kisah yang menunjukkan kelelahan Soeharto adalah ketika ia berniat untuk tidak maju lagi dalam pemilihan umum tahun 1988.
Ia merasa bahwa ia sudah cukup lama berkuasa dan ingin memberikan kesempatan kepada generasi muda.
Namun, rencananya itu tidak terwujud karena tekanan dari partai Golkar dan militer yang masih menginginkan ia tetap berkuasa.
Pada saat itu Soeharto mengungkapkan keinginannya untuk tidak lagi masuk dalam kabinet berikutnya kepada Emil Salim Menteri yang mendampinginya selama 20 Tahun.
Baca Juga: Langkah Awal yang Dilakukan Jenderal Soeharto Setelah Menerima Supersemar
Mendengar hal itu, kemudian Emil Salim merasa lega dengan keputusan Pak Harto karena dirinya juga merasa jenuh sebagai menteri.
"Cerita yang panjang lebar itu merupakan pengantar. Inti pesannya adalah bahwa Pak Harto ingin mengabarkan bahwa saya tidak akan masuk lagi dalam kabinet berikutnya," tutur Emil Salim.
Soeharto saat itu mengungkapkan bahwa inginpensiun sebagai presiden.
Iamerasa kelelahan dan istri tercintanya, Ibu Tien, juga meminta supaya Soeharto lengser dari jabatannya.
Meski pada saat itu desakan muncul dari berbagai pihak termasuk kolega dan keluarhaSoeharto tetap dicalonkan kembali sebagai presiden.
Hal tersebut disebabkan karena Soeharto didesak oleh Dewan Pembina Golkar yang melakukan penjaringan aspirasi rakyat tahun 1997.
Menurut sspirasi tersebut sebanyak 92% respondenberkeinginanSoeharto tetap menjadi presiden.
Pada saat yang sama Soeharto juga terlihat dari kesehatannya yang menurun.
Ia sering mengalami gangguan pencernaan, jantung, dan ginjal.
Kemudian juga mengalami stres akibat kematian istrinya, Ibu Tien, pada tahun 1996.
Ia merasa kehilangan sosok pendamping dan penyeimbangnya.
Baca Juga: Kemunculan Orde Baru Ditandai Dengan Beberapa Hal Berikut Ini
Kelelahan Soeharto akhirnya berujung pada pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998.
Kemudianmengumumkan keputusannya itu di Istana Merdeka, di tengah gelombang demonstrasi dan kerusuhan yang menuntut reformasi.
Beliau mengatakan bahwa keputusannya mengundurkan diri demi kepentingan bangsa dan negara.
Kelelahan Soeharto menjadi presiden Indonesia adalah sebuah kisah yang menarik untuk dikaji.
Ia menunjukkan bahwa memimpin sebuah negara yang besar dan kompleks seperti Indonesia bukanlah hal yang mudah.
Juga menunjukkan bahwa setiap pemimpin memiliki keterbatasan dan kelemahan yang harus diakui dan diatasi.