Akitu dan Festival Keagamaan Bangsa Babilonia yang Menjadi Cikal Bakal Perayaan Sejarah Tahun Baru Masehi

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Sejarah Tahun baru Masehi.
Ilustrasi - Sejarah Tahun baru Masehi.

Intisari-online.com - Tahun baru masehi yang kita rayakan setiap tanggal 1 Januari ternyata memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik.

Hal ini menjadi akar sejarah tahun baru masehi.

Salah satu perayaan tahun baru tertua di dunia adalah Akitu, festival keagamaan yang dilakukan oleh bangsa Babilonia kuno sekitar 4.000 tahun lalu.

Akitu berasal dari kata Sumeria "akitu" yang berarti "barley", sejenis tanaman gandum yang menjadi bahan pokok masyarakat Mesopotamia.

Festival ini diselenggarakan pada bulan baru pertama setelah titik balik musim semi pada akhir Maret, yang menandai awal tahun baru dan musim tanam.

Menurut mitologi Babilonia, Akitu merayakan kemenangan Raja Dewa Marduk atas Dewi Kehancuran Tiamat.

Dari tubuh Tiamat, Marduk kemudian menciptakan langit dan bumi.

Dengan demikian, Akitu adalah perayaan kelahiran kembali alam dan keseimbangan kosmik.

Festival Akitu berlangsung selama 12 hari, dengan ritual dan upacara yang berbeda-beda setiap harinya.

Beberapa ritual yang dilakukan antara lain adalah:

- Mengarak patung Marduk dan dewa-dewa lainnya di jalan-jalan kota, sambil menyanyikan himne-himne pujian dan doa.

- Melakukan pengorbanan hewan dan tumbuhan kepada para dewa, sebagai tanda syukur dan permohonan berkah.

Baca Juga: Sejarah Rohingya Mengapa Tidak Diakui sebagai Warga Negara Myanmar?

- Melakukan ritual pembersihan dan penyucian diri, termasuk mandi di sungai Efrat.

- Melakukan ritual penghinaan terhadap raja Babilonia, yang melambangkan ketergantungan raja kepada Marduk.

Raja dibawa ke hadapan patung Marduk, dilucuti dari tanda kerajaannya, dan dipaksa untuk bersumpah bahwa dia telah memimpin kota dengan hormat.

Seorang imam besar kemudian akan menampar raja dan menyeret telinganya, dengan harapan membuatnya menangis.

Jika raja menangis, itu dianggap sebagai tanda bahwa Marduk puas dan memperpanjang kekuasaan raja.

- Melakukan ritual perkawinan suci antara Marduk dan dewi Isytar, yang melambangkan kesuburan dan kelimpahan.

- Melakukan perayaan dan pesta rakyat, yang melibatkan musik, tari, makanan, dan minuman.

Festival Akitu memiliki pengaruh besar terhadap peradaban Mesopotamia dan Timur Dekat kuno.

Festival ini menjadi salah satu sumber inspirasi bagi perayaan tahun baru di berbagai budaya, seperti Nowruz di Iran, Purim di Yahudi, dan Paskah di Kristen.

Festival ini juga menjadi salah satu contoh awal dari konsep tahun baru sebagai waktu untuk merefleksikan diri, bersyukur, dan berharap akan masa depan yang lebih baik.

Artikel Terkait