Sumber Sejarah Kerajaan Salakanagara, Leluhur Suku Sunda yang Masih Misterius

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Sumber sejarah kerajaan Salakanagara yang masih misterius.
Ilustrasi - Sumber sejarah kerajaan Salakanagara yang masih misterius.

Intisari-online.com - Salakanagara adalah nama kerajaan yang diyakini sebagai kerajaan tertua di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa.

Namun dari mana sumber sejarah kerajaan Salakanagara yah sampai kini masih dianggap misterius.

Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-2 Masehi dan berkuasa selama lebih dari dua abad.

Salakanagara juga dipercaya sebagai leluhur Suku Sunda, karena wilayah kekuasaannya mencakup daerah Banten dan sebagian Jawa Barat saat ini.

Namun, keberadaan kerajaan ini masih menjadi misteri karena tidak ada bukti fisik atau arkeologis yang dapat memastikannya.

Hanya ada beberapa catatan sejarah dan cerita rakyat yang menyebutkan tentang Salakanagara sebagai cikal bakal suku Sunda dan leluhur dari beberapa kerajaan lain di Jawa Barat.

Salakanagara dalam Naskah Wangsakerta

Sumber sejarah utama yang menyebutkan tentang Salakanagara adalah Naskah Wangsakerta, sebuah karya sastra yang disusun oleh Pangeran Arya Carbon atau Pangeran Wangsakerta dari Cirebon pada tahun 1599 Saka atau 1677 Masehi.

Naskah ini berisi tentang sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, termasuk Salakanagara.

Dalam naskah ini, Salakanagara disebut sebagai kerajaan pertama yang berdiri di Jawa, sebelum Kutai, Tarumanegara, dan kerajaan lainnya.

Menurut Naskah Wangsakerta, Salakanagara didirikan oleh Dewawarman, seorang bangsawan dari India yang datang ke Jawa bersama pengikutnya.

Dewawarman menikahi putri dari Aki Tirem, seorang kepala daerah di Teluk Lada, Pandeglang.

Dewawarman kemudian menjadi raja pertama Salakanagara dengan gelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara. Dewawarman memerintah selama 38 tahun, dari tahun 130-168 Masehi.

Baca Juga: Ikut Berjuang Dirikan Kerajaan Majapahit, Ranggalawe Justru Berakhir Sebagai Pemberontak, Biang Keroknya Mahapati

Setelah itu, ia digantikan oleh putranya, Dewawarman II, yang memerintah selama 34 tahun.

Begitu seterusnya, sampai Dewawarman VIII, yang memerintah selama 40 tahun, dari tahun 322-362 Masehi.

Dewawarman VIII adalah raja terakhir Salakanagara, karena setelah itu kerajaan ini berada di bawah kekuasaan Tarumanegara.

Salakanagara dalam Cerita RakyatSelain Naskah Wangsakerta, ada juga beberapa cerita rakyat yang berkaitan dengan Salakanagara.

Salah satunya adalah cerita tentang Sanghyang Tapak, seorang tokoh yang dianggap sebagai leluhur Suku Sunda.

Menurut cerita ini, Sanghyang Tapak adalah putra dari Dewawarman VIII dan Dewi Sinta, putri dari Raja Purnawarman dari Tarumanegara.

Sanghyang Tapak lahir di Teluk Lada, tempat berdirinya Salakanagara.

Namun, karena ada perang antara Tarumanegara dan Salakanagara, Sanghyang Tapak dibawa oleh ibunya ke Gunung Salak, Bogor.

Di sana, ia bertemu dengan Nyi Rara Santang, putri dari Raja Siliwangi dari Pajajaran.

Mereka kemudian menikah dan memiliki tiga orang anak, yaitu Prabu Jayadewata, Prabu Jayaperkosa, dan Prabu Jayakatwang.

Ketiga anak ini kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan baru di Jawa Barat, yaitu Galuh, Sunda, dan Kediri.

Baca Juga: Kisah Cinta Terlarang Roro Oyi yang Berujung Tragedi di Kerajaan Mataram

Cerita lain yang berkaitan dengan Salakanagara adalah cerita tentang Ciung Wanara, seorang pahlawan yang membebaskan Sunda dari penjajahan Galuh.

Menurut cerita ini, Ciung Wanara adalah putra dari Prabu Jayaperkosa, raja Galuh, dan Nyi Subang Larang, putri dari Prabu Jayadewata, raja Sunda.

Ciung Wanara lahir di Galuh, tetapi dibuang oleh ayahnya karena takut akan ramalan bahwa ia akan menggulingkan tahtanya.

Ciung Wanara kemudian dibesarkan oleh seorang nelayan di Teluk Lada, tempat berdirinya Salakanagara.

Ketika dewasa, Ciung Wanara berhasil mengalahkan ayahnya dan menyatukan kembali Sunda dan Galuh.

Ciung Wanara kemudian menjadi raja Sunda dengan gelar Prabu Haji Manarah.

Misteri SalakanagaraMeskipun ada beberapa sumber sejarah dan cerita rakyat yang menyebutkan tentang Salakanagara, namun keberadaan kerajaan ini masih menjadi misteri karena tidak ada bukti fisik atau arkeologis yang dapat memastikannya.

Tidak ada prasasti, candi, atau peninggalan lain yang dapat dikaitkan dengan Salakanagara. Bahkan, lokasi pasti kerajaan ini juga tidak diketahui dengan pasti.

Ada yang mengatakan bahwa Salakanagara berada di Teluk Lada, Pandeglang, ada yang mengatakan di Teluk Cisadane, Tangerang, ada juga yang mengatakan di Teluk Banten, Serang.

Beberapa sejarawan dan arkeolog telah mencoba untuk mengungkap misteri Salakanagara, tetapi belum ada hasil yang memuaskan. Beberapa di antaranya adalah:

- Dr. Edi Sedyawati, seorang ahli arkeologi dari Universitas Indonesia, yang melakukan penelitian di Teluk Lada pada tahun 1974. Ia menemukan beberapa temuan arkeologis, seperti keramik, manik-manik, dan mata uang, yang menunjukkan adanya hubungan perdagangan antara daerah ini dengan India, Cina, dan Asia Tenggara. Namun, ia tidak menemukan bukti yang dapat mengaitkan temuan ini dengan Salakanagara.

Baca Juga: Mengenal 6 Kerajaan Islam di Kalimantan dan Sejarah Singkatnya

- Dr. Boechari, seorang ahli epigrafi dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yang melakukan penelitian di Teluk Cisadane pada tahun 1979. Ia menemukan sebuah prasasti yang bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta, yang diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi. Prasasti ini menyebutkan tentang seorang raja bernama Purnawarman, yang diyakini sebagai raja Tarumanegara. Namun, prasasti ini tidak menyebutkan tentang Salakanagara.

- Dr. Slamet Muljana, seorang ahli sejarah dari Universitas Gadjah Mada, yang melakukan penelitian di Teluk Banten pada tahun 1983. Ia menemukan sebuah prasasti yang bertuliskan huruf Kawi dan berbahasa Jawa Kuno, yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 Masehi. Prasasti ini menyebutkan tentang seorang raja bernama Jayasingawarman, yang diyakini sebagai raja Tarumanegara. Namun, prasasti ini juga tidak menyebutkan tentang Salakanagara.

Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Salakanagara masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Apakah kerajaan ini benar-benar pernah ada, atau hanya sebuah mitos yang diciptakan oleh para penulis naskah dan cerita rakyat?

Apakah Salakanagara benar-benar merupakan leluhur Suku Sunda, atau hanya sebuah klaim yang tidak berdasar?

Apakah Salakanagara benar-benar merupakan kerajaan tertua di Nusantara, atau hanya sebuah kesalahan penanggalan?

Namun sejauh ini hanya itulah sumber sejarah kerajaan Salakanagara yang hingga kini keberadaannya masih misterius.

Artikel Terkait