Intisari-online.com - Pulau Jawa adalah salah satu wilayah di Nusantara yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan kerajaan-kerajaan.
Sebelum Islam masuk, Jawa telah menjadi pusat peradaban Hindu-Buddha, yang melahirkan kerajaan-kerajaan besar seperti Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kahuripan, Kediri, Singhasari, dan Majapahit.
Namun, sejak abad ke-13, Islam mulai menyebar di Jawa melalui jalur perdagangan dan dakwah para wali.
Islam kemudian menjadi agama mayoritas di Jawa, dan membentuk kerajaan-kerajaan Islam yang berpengaruh di Nusantara.
Kerajaan Islam pertama yang berdiri di Jawa adalah Kesultanan Demak, yang didirikan oleh Raden Patah, putra Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.
Raden Patah memeluk Islam setelah berguru kepada Sunan Ampel, salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan Islam di Jawa.
Kesultanan Demak berpusat di Demak, Jawa Tengah, dan berkuasa dari tahun 1475 hingga 1548.
Kesultanan Demak berhasil menggantikan Majapahit sebagai kekuatan utama di Jawa, dan memperluas wilayahnya ke berbagai daerah, seperti Banten, Cirebon, Sunda Kelapa, Jepara, Tuban, Gresik, dan Madura.
Kesultanan Demak juga berjasa dalam membangun masjid-masjid besar, seperti Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, dan Masjid Agung Cirebon.
Kesultanan Demak mengalami kemunduran setelah kematian raja ketiganya, Sultan Trenggono, yang gugur dalam peperangan melawan Portugis di Sunda Kelapa pada tahun 1546.
Kesultanan Demak kemudian mengalami perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto, putra Sultan Trenggono, dan Arya Penangsang, bupati Jipang dan cucu Raden Patah.
Baca Juga: Jelaskan Apresiasi Terhadap Tradisi Islam yang Berkembang Di Indonesia
Sunan Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang pada tahun 1549, dan Arya Penangsang naik tahta sebagai raja Demak.
Namun, Arya Penangsang juga dibunuh oleh Jaka Tingkir, bupati Pajang dan menantu Sunan Prawoto, pada tahun 1554. Jaka Tingkir kemudian mendirikan Kerajaan Pajang, yang merupakan penerus Kesultanan Demak.
Kerajaan Pajang berpusat di Pajang, Jawa Tengah, dan berkuasa dari tahun 1549 hingga 1586.
Raja pertama dan satu-satunya Kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir, yang bergelar Sultan Adiwijaya.
Kemudian ia berhasil menaklukkan Arya Penangsang dan menguasai sebagian besar wilayah Demak.
Ia juga berhasil menundukkan kerajaan-kerajaan lain di Jawa, seperti Surabaya, Madiun, Kediri, dan Blambangan.
Ia dikenal sebagai raja yang adil, bijaksana, dan murah hati.
Beliau juga mendukung penyebaran Islam di Jawa, dan menjalin hubungan baik dengan para wali.
Kerajaan Pajang berakhir setelah Sultan Adiwijaya mangkat pada tahun 1586.
Beliau tidak memiliki putra, sehingga ia menyerahkan tahtanya kepada Ki Ageng Pemanahan, bupati Mataram dan sahabatnya.
Ki Ageng Pemanahan menolak menjadi raja, dan menyerahkan tahtanya kepada putranya, Sutawijaya.
Baca Juga: Kesultanan Deli Serdang, Kerajaan Islam Terakhir yang Bertahan di Sumatera
Sutawijaya kemudian mendirikan Kerajaan Mataram Islam, yang merupakan kerajaan Islam terakhir dan terbesar di Jawa.
Kerajaan Mataram Islam berpusat di Kotagede, Yogyakarta, dan berkuasa dari tahun 1586 hingga 1755.
Raja pertamanya adalah Sutawijaya, yang bergelar Panembahan Senopati.
Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja ketiga, yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645.
Ia berhasil mempersatukan hampir seluruh Pulau Jawa, kecuali Batavia, yang dikuasai oleh VOC.
Kemudian juga berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di luar Jawa, seperti Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Kalimantan.
Beliau dikenal sebagai raja yang visioner, berani, dan religius. Ia juga berjasa dalam membangun berbagai fasilitas, seperti istana, masjid, pasar, jalan, dan irigasi.
Juga menciptakan berbagai karya budaya, seperti wayang kulit, gamelan, dan sastra.
Kerajaan Mataram Islam mengalami kemunduran setelah kematian Sultan Agung.
Kerajaan ini menghadapi berbagai masalah, seperti pemberontakan, bencana, wabah, dan campur tangan VOC.
Kerajaan ini akhirnya terpecah menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, pada tahun 1755.
Pecahnya Kerajaan Mataram Islam disebabkan oleh perang saudara antara dua putra Sultan Amangkurat IV, yaitu Pakubuwono II dan Pangeran Mangkubumi.
Perang saudara ini berakhir dengan Perjanjian Giyanti, yang dibuat oleh VOC sebagai penengah.
Perjanjian ini membagi wilayah Mataram menjadi dua, dan menjadikan kedua kerajaan ini sebagai bawahan VOC.
Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta merupakan kerajaan Islam yang masih berdiri hingga kini.
Kedua kerajaan ini memiliki sistem pemerintahan, hukum, adat, dan tradisi yang khas. Kedua kerajaan ini juga memiliki warisan budaya dan seni yang beragam dan indah.
Kedua kerajaan ini adalah saksi sejarah perkembangan Islam di Jawa, yang patut dihormati dan dilestarikan.