Intisari-online.com - Sebagai salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan Islam di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa, pandangan politik Sunan Giri seringkali menjadi rujukan.
Ia lahir pada tahun 1442 Masehi di Blambangan, Banyuwangi, dari pasangan Maulana Ishak dan Dewi Sekardadu, putri Prabu Satmata, raja Blambangan.
Ia juga dikenal dengan nama Raden Paku, Raden Ainul Yaqin, dan Syekh Ibrahim Asmarakandi.
Sunan Giri memiliki peran penting dalam sejarah Islam Nusantara, baik dari segi dakwah maupun politik.
Ia adalah pemimpin Dewan Ulama Walisongo, sebuah lembaga yang mengatur masalah-masalah keagamaan dan sosial di antara para wali.
Bahkan juga merupakan penyusun tata cara pemerintahan Islam, yang kemudian diadopsi oleh Kerajaan Demak, sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.
Dalam bidang dakwah, Sunan Giri menggunakan strategi yang berbeda dengan para wali lainnya.
Ia lebih menekankan pada jalur politik dan budaya, dengan menjalin hubungan baik dengan para penguasa dan bangsawan, serta mengadaptasi tradisi-tradisi lokal ke dalam ajaran Islam.
Ia juga mendirikan pesantren Giri, yang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam di Jawa Timur.
Salah satu bukti dari pengaruh Sunan Giri dalam bidang politik adalah keterlibatannya dalam pembangunan Kerajaan Demak.
Ia adalah salah satu pendiri kerajaan tersebut, bersama dengan Sunan Ampel dan Raden Patah, putra dari Raja Majapahit, Brawijaya V.
Baca Juga: Kisah Letnan Fusata Iida, Pelopor Aksi Kamikaze dalam Serangan Pearl Harbor
Beliau juga membantu Raden Patah dalam menghadapi serangan dari Portugis dan Kerajaan Sunda.
Sunan Giri wafat pada tahun 1506 Masehi, dan dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Makamnya memiliki arsitektur yang unik dan sarat dengan makna, yang mencerminkan pandangan politik dan keagamaan Sunan Giri.
Makamnya menjadi salah satu tempat ziarah yang banyak dikunjungi oleh umat Islam, terutama pada bulan Maulid.
Sunan Giri adalah salah satu tokoh Islam yang berjasa dalam membentuk identitas dan karakter bangsa Indonesia.
Pandangan politik Sunan Girimenunjukkan bahwa Islam dapat bersinergi dengan budaya dan politik lokal, tanpa menghilangkan nilai-nilai universalnya.
Kemudian juga memberikan contoh tentang bagaimana seorang ulama dapat menjadi pemimpin dan ahli negara yang bijaksana dan berwibawa.