Pedang ini sering digunakan oleh Pangeran Diponegoro dalam pertempuran, baik untuk menyerang maupun bertahan.
Pedang ini juga menjadi simbol dari kekuatan, keberanian, dan kehormatan Pangeran Diponegoro.
Pedang ini akhirnya jatuh ke tangan Belanda saat Pangeran Diponegoro ditangkap secara licik oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada tahun 1830.
Pangeran Diponegoro diundang untuk berunding di Magelang, tetapi kemudian ditahan dan diasingkan ke Makassar.
Pedang ini kemudian dibawa oleh Jenderal de Kock ke Belanda sebagai salah satu barang rampasan perang.
Pedang ini kemudian disimpan di Istana Het Loo di Apeldoorn, kota di timur ibu kota Belanda, Amsterdam.
Pedang ini sempat dipamerkan di sana pada tahun 2019 dalam pameran yang bertema "Jewels! Glittering at the Russian Court".
Pedang ini dipilih sebagai salah satu benda yang mewakili hubungan antara Belanda dan Indonesia.
Pedang ini kini menjadi koleksi Museum Bronbeek yang terletak di Arnhem.
Museum ini didirikan pada tahun 1863 sebagai rumah peristirahatan bagi para veteran perang dari Hindia Belanda.
Museum ini juga menyimpan berbagai benda sejarah yang berkaitan dengan kolonialisme Belanda di Indonesia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR