Intisari-Online.com - Salah satu momok yang dihadapi para peneliti makam-makam kuno di Mesir adalah Kutukan Firaun.
Menurut kutukan ini, siapa pun yang berani mengganggu makam kuno di Mesir, akan mati.
Terkait kutukan itu, seorang arkeolog, seperti dilansir Kompas.com, memberikan komentarnya.
Dia memberikan pandangannya soal "kutukan firaun" dan kenapa para peneliti atau arkeolog itu meninggal ketika meneliti makam-makam kuno itu.
Menurutnya, sebenarnya itu hanyalah kasus sederhana yang disebabkan bakteri yang menumpuk di dalam makam.
Adalah Zahi Hawass, mantan menteri negara urusan barang antik Mesir, mengatakan kepada The Sun bahwa mitos kutukan itu tidak ada.
Dia memberikan saran kepada para arkeolog modern tentang cara menghindari mitos atau nasib yang buruk tersebut.
Kutukan tersebut telah lama diyakini akan menimpa siapa saja yang mengganggu sisa-sisa mumi orang Mesir kuno, termasuk orang-orang yang membuka makam Tutankhamun.
Beberapa arkeolog terkenal yang meregang nyawa setelah mengusik makam-makam itu adalah Lord Carnarvon.
Dia adalah pendukung keuangan pencarian Tutankhamun, meninggal lima bulan setelah membuka makam pada 1923 akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi saat ia bercukur.
Sedang yang lainnya termasuk pemodal Amerika George Jay Gould, meninggal karena pneumonia seusai melihat makam tersebut pada 1923.
Sir Archibald Douglass Reid juga meninggal setelah melakukan rontgen pada mumi tersebut di London.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR