Intisari-Online.com -Empat mahasiswa dari Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sebelas Maret (UNS)melakukan penelitian untuk membuat permen kapas dari daun pepaya yang mampu meningkatkan trombosit.
Melalui bimbinganSyaiful Choiri, penelitian ini mengambil tajuk Formulasi Nanoenkapsulasi Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)Terinkorporasi dalam Permen Kapas Berbasis Microfiber sebagai Peningkat Trombosit Pasien Demam Berdarah Dengue.
Penelitian ini sendiri dilakukan olehLidya Intan Setyaningsih, Niken Larasati, Diah Dwi Syafitri Khoirunisak, dan Shinta Septiana usai berhasil mendapatkan dana penelitian dari ajang Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
“Hal yang mendasari penelitian kami yaitu kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cukup fluktuatif setiap tahunnya dan cenderung tinggi,” ujar Shinta dalam rilis yang diterimaIntisari.
Data Kemenkes memang menunjukkan bahwa pada periode Januari-Agustus 2022 terjadi 143.184 kasus DBD dengan jumlah kematian mencapai 1.236 kasus dan 63% diantaranya didominasi pada anak berusia 0-14 tahun.
Salah satu faktor penyebab kematian akibat DBD adalah trombositopenia atau kondisi trombosit dalam tubuh dibawah normal, yaitu kurang dari 150.000 ???????? yang berisiko menimbulkan pendarahan.
“Kasus DBD pada anak terus meningkat akan tetapi belum ada terapi spesifik, sementara terapi yang ada saat ini hanya bersifat suportif untuk mengurangi gejala sehingga masyarakat memanfaatkan bahan alam seperti daun pepaya sebagai pengobatan DBD,” tutur Lidya.
Secara empiris, pemilihan daun pepaya sendiri didasari atas kandunganenzim papainyang diketahui dapat meningkatkan kadar trombosit.
Enzim ini mampu menginduksi sitokin trombopoetik seperti interleukin 6 yang akan merangsang produksi trombosit melalui peningkatan sekresi trombopoietin di hati.
Namun enzim papain rentan rusak pada suhu tinggi, memiliki rasa pahit, serta bau yang tidak sedap sehingga anak-anak tidak mau mengkonsumsinya baik dalam bentuk olahan sayur maupun ekstrak.
“Daun pepaya merupakan tanaman yang mudah ditemui, akan tetapi memiliki berbagai tantangan sehingga kami memanfaatkan teknologi nanoenkapsulasi untuk menutupi rasa dan aroma yang tidak sedap dari daun pepaya serta meningkatkan stabilitas enzim papain,” lanjut Lidya.
"Selanjutnya nanopartikel yang didapat dibentuk serat berukuran mikro berbasis sukrosa atau dapat disebut permen kapas yang manis dan lembut sehingga akan lebih disukai oleh anak-anak."
Cara pembuatan sediaan ini adalah dengan mengekstraksi daun pepaya menggunakan pelarut air sehingga aman dikonsumsi.
Selanjutnya ekstrak dicampurkan dengan polimer kitosan dan pektin dengan perbandingan volume yang sama untuk membentuk partikel nano berisi enzim papain.
Sistem ini akan melindungi enzim dari kerusakan akibat suhu tinggi, menyamarkan bau dan rasa yang tidak sedap.
Larutan nanoenkapsulasi ditambahkan gula sebagai basis permen kapas dan cryoprotectan lalu dikeringkan dengan teknik kering beku hingga menjadi serbuk gula berwarna hijau kekuningan.
Mikrofiber berbasis sukrosa dibuat dari 100 gram serbuk gula nanoenakapsulasi menggunakan teknik sentrifugal melt spinning.
Melalui cara ini, didapatkan serat halus berwarna kehijauan yang manis, lembut, dan mudah meleleh di mulut.
Setelah itu permen kapas disimpan dalam wadah yang kering serta kedap udara.
Keunggulan dari mikrofiber berbasis sukrosa adalah stabilitas fisiknya lebih terjaga sehingga terhindar dari proses aglomerasi, mudah meleleh di mulut, serta memiliki rasa manis.
Melalui kelebihan-kelebihan itulah diharapkan inovasi ini dapat menjadi solusi dalam meningkatkan keberterimaan konsumsi ekstrak daun pepaya sebagai peningkat trombosit pada pasien DBD anak.
Informasi terkait penelitian ini dapat diakses pada akun media sosial Instagram dengan nama @dbd.cottcanpapainserta tiktok dengan nama dbdcotcan.papain.
Baca Juga: Manfaat Sari Kurma Angkak, Termasuk Menambah Nafsu Makan si Kecil