Menguak Bukti Kekejaman PKI Di balik Peristiwa Penemuan Jenazah di Lubang Buaya Pada 3 Oktober 1965

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Diorama Peristiwa G/30S PKI Lubang Buaya yang dipajang di Museum Monas, Jakarta Pusat. Artikel ini menjelaskan tentang sejarah sebagai peristiwa. Anda juga akan menemukan 3 contoh sejarah sebagai peristiwa.
Diorama Peristiwa G/30S PKI Lubang Buaya yang dipajang di Museum Monas, Jakarta Pusat. Artikel ini menjelaskan tentang sejarah sebagai peristiwa. Anda juga akan menemukan 3 contoh sejarah sebagai peristiwa.

Intisari-online.com -Sumur Lubang Buaya adalah salah satu lokasi bersejarah yang terkait dengan peristiwa G30S PKI, gerakan kudeta yang dilakukan oleh sekelompok anggota militer pada tanggal 30 September 1965.

Dalam peristiwa tersebut, tujuh jenderal dan seorang perwira tinggi Angkatan Darat Indonesia diculik dan dibunuh oleh kelompok G30S PKI.

Jenazah mereka kemudian dibuang ke sumur lubang buaya, sebuah sumur tua yang terletak di daerah Pondok Gede, Jakarta Timur.

Sumur lubang buaya sendiri merupakan sumur peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1910.

Sumur ini memiliki kedalaman sekitar 12 meter dan diameter sekitar 4 meter.

Nama sumur ini berasal dari legenda yang menyebutkan bahwa di dalam sumur ini terdapat seekor buaya yang sering memakan manusia.

Penemuan tujuh jenazah di sumur lubang buaya menjadi salah satu bukti kekejaman G30S PKI yang ingin menggulingkan Presiden Soekarno dan mengubah sistem pemerintahan Indonesia menjadi komunis.

Tujuh jenderal yang menjadi korban pembunuhan tersebut adalah:

- Jenderal Ahmad Yani, Panglima Angkatan Darat

- Jenderal Suprapto, Kepala Staf Angkatan Darat

- Jenderal M.T. Haryono, Kepala Staf Umum Angkatan Darat

Baca Juga: Sosok Ini Buka-bukaan Apa Yang Terjadi Dengan Ahmad Yani Sebelum Peristiwa G30S

- Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

- Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan, Asisten I Kepala Staf Angkatan Darat

- Brigadir Jenderal S. Parman, Kepala Badan Pusat Intelijen Angkatan Darat

- Mayor Jenderal Soeprapto, Komandan Pendidikan Angkatan Darat

Selain itu, ada juga seorang perwira tinggi lainnya yang menjadi korban pembunuhan, yaitu:

- Letnan Kolonel Untung Syamsuri, Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa

Tujuh jenazah di sumur lubang buaya ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965 oleh tim pencari yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Suharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.

Jenazah-jenazah tersebut dalam kondisi mengenaskan, sebagian besar tanpa kepala dan tanpa busana.

Jenazah-jenazah tersebut kemudian dievakuasi dan dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Sumur lubang buaya kini menjadi bagian dari Museum Lubang Buaya, sebuah museum yang didirikan untuk mengenang peristiwa G30S PKI dan menghormati jasa para pahlawan yang gugur dalam peristiwa tersebut.

Museum ini memiliki beberapa fasilitas, seperti monumen, tugu peringatan, ruang pameran, ruang audio visual, dan replika rumah dinas para jenderal.

Baca Juga: Sosok Ini Buka-bukaan Apa Yang Terjadi Dengan Ahmad Yani Sebelum Peristiwa G30S

Museum ini juga menjadi salah satu tempat wisata edukasi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat.

Sumur lubang buaya merupakan tempat terakhir peristirahatan tujuh jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI.

Sumur ini menjadi saksi bisu dari tragedi sejarah yang menimpa bangsa Indonesia.

Sumur ini juga menjadi simbol dari pengorbanan para pahlawan yang berjuang demi menjaga kedaulatan dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.

Artikel Terkait