Punya Cadangan Nikel Terbanyak di Dunia, Indonesia Hanya Untuk 30% dari Hilirisasi Nikel

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sulawedi Selatan, Sabtu (14/9).  Kompas/Lasti Kurnia *** Local Caption *** Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sabtu (14/9).  Kompas/Lasti Kurnia (LKS) 14-09-2013  Ekspedisi Kota dan Jejak Peradaban
Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sulawedi Selatan, Sabtu (14/9). Kompas/Lasti Kurnia *** Local Caption *** Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sabtu (14/9). Kompas/Lasti Kurnia (LKS) 14-09-2013 Ekspedisi Kota dan Jejak Peradaban

Intisari-online.com -Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.

Menurut data United States Geological Survey (USGS) tahun 2020, cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta ton, mengalahkan Australia yang memiliki 20 juta ton dan Brazil yang memiliki 16 juta ton.

Cadangan nikel Indonesia juga setara dengan 23 persen dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 94 juta ton.

Namun, memiliki cadangan nikel yang melimpah tidak serta merta membuat Indonesia bisa menikmati manfaatnya secara maksimal.

Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah rendahnya tingkat hilirisasi nikel di Indonesia.

Hilirisasi nikel adalah proses pengolahan nikel mentah atau bijih nikel menjadi produk akhir yang memiliki nilai tambah tinggi dan dapat diperjualbelikan, sehingga bernilai ekonomi.

Hilirisasi nikel di Indonesia masih terkendala oleh beberapa hal, antara lain kurangnya infrastruktur dan teknologi, keterbatasan modal dan sumber daya manusia, serta regulasi yang belum optimal.

Akibatnya, sebagian besar bijih nikel Indonesia masih diekspor ke luar negeri dalam bentuk mentah atau setengah jadi, tanpa melalui proses hilirisasi yang memadai.

Padahal, jika bijih nikel diolah menjadi produk akhir seperti logam nikel murni, feronikel, stainless steel, atau baterai kendaraan listrik, maka nilai tambahnya akan meningkat secara signifikan.

Misalnya, harga bijih nikel berkadar 1,8 persen pada Juli 2021 adalah sekitar 1.500 dolar AS per ton, sedangkan harga logam nikel murni pada periode yang sama adalah sekitar 19.000 dolar AS per ton.

Artinya, ada kenaikan nilai sekitar 12 kali lipat jika bijih nikel diolah menjadi logam nikel murni.

Baca Juga: Nikel Indonesia dan Peranannya dalam Mendorong Transisi Energi Hijau di Dunia

Selain itu, hilirisasi nikel juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional dan daerah, seperti peningkatan pendapatan negara dan daerah, penciptaan lapangan kerja, pengembangan industri pendukung dan terkait, serta pemberdayaan masyarakat lokal.

Hilirisasi nikel juga sejalan dengan visi pemerintah untuk mengembangkan industri mobil listrik di Indonesia, yang membutuhkan bahan baku berupa baterai berbasis nikel.

Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong dan mendukung hilirisasi nikel di Indonesia dengan berbagai cara.

Seperti memberikan insentif dan kemudahan perizinan bagi investor yang mau membangun smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian nikel, meningkatkan kapasitas riset dan inovasi teknologi pengolahan nikel, serta mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang hilirisasi nikel.

Saat ini, menurut data Kementerian ESDM, ada 48 proyek smelter nikel yang ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2024.

Namun, jumlah tersebut masih jauh dari potensi cadangan nikel Indonesia yang sangat besar.

Oleh karena itu, perlu ada upaya lebih lanjut untuk mempercepat dan memperluas hilirisasi nikel di Indonesia.

Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi negara dengan cadangan nikel terbanyak di dunia, tetapi juga menjadi negara dengan hilirisasi nikel terbaik di dunia.

Dengan begitu, Indonesia bisa menikmati manfaat dari kekayaan sumber daya alamnya secara optimal dan berkelanjutan.

Artikel Terkait