Punya Cadangan Nikel Terbanyak di Dunia, Berapa Tahun Nikel Indonesia Akan Habis Digunakan?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Nikel Indonesia akan menjadi tumpuan dunia di masa depan.
Nikel Indonesia akan menjadi tumpuan dunia di masa depan.

Intisari-online.com - Nikel adalah salah satu komoditas mineral yang sangat penting bagi Indonesia.

Nikel digunakan sebagai bahan baku industri baja, stainless steel, dan baterai kendaraan listrik.

Indonesia merupakan negara dengan cadangan bijih nikel terbesar di dunia, sekitar 32,7 persen.

Australia berada di urutan kedua setelah Indonesia, yang memiliki 21,5 persen cadangan nikel dunia.

Berikutnya, menyusul Brazil dengan cadangan bijih nikel 12,4 persen.

Kemudian Rusia, Kuba, Filipina, dan Afrika Selatan.

Namun, cadangan nikel yang besar tidak berarti abadi.

Seiring dengan meningkatnya permintaan nikel dunia, terutama dari China yang merupakan konsumen terbesar nikel, produksi nikel Indonesia juga terus meningkat.

Pada tahun 2019, Indonesia pernah menjadi produsen tambang bijih nikel terbesar di dunia, dengan produksi nikel dunia sebanyak 2,668 juta ton Ni.

Pada tahun 2020, produksi nikel Indonesia mencapai 760 ribu ton Ni, naik 25 persen dari tahun sebelumnya.

Dengan laju produksi yang tinggi, apakah cadangan nikel Indonesia akan habis dalam waktu dekat?

Baca Juga: Punya Cadangan Nikel Terbanyak di Dunia, Ini Alasan Indonesia Dibutuhkan Dunia di Masa Depan

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan nikel Indonesia saat ini mencapai 72 juta ton Ni.

Jika diasumsikan produksi nikel Indonesia tetap konstan sebesar 760 ribu ton Ni per tahun, maka cadangan nikel Indonesia akan habis dalam waktu sekitar 95 tahun.

Namun, asumsi tersebut tentu saja tidak realistis.

Produksi nikel Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti permintaan pasar, kebijakan pemerintah, investasi smelter, dan teknologi penambangan.

Selain itu, cadangan nikel juga bukan angka statis yang tidak berubah.

Cadangan nikel dapat bertambah atau berkurang tergantung pada eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan.

Salah satu faktor yang dapat mempercepat habisnya cadangan nikel Indonesia adalah kebijakan larangan ekspor bijih nikel mentah yang diberlakukan sejak Januari 2020.

Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong hilirisasi industri nikel di dalam negeri, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat.

Namun, kebijakan ini juga berdampak pada meningkatnya produksi smelter nikel di Indonesia, yang sebagian besar didominasi oleh perusahaan asing asal China.

Menurut Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia (APNI), saat ini ada sekitar 50 smelter nikel yang beroperasi di Indonesia dengan kapasitas total sekitar 27 juta ton bijih nikel per tahun.

Jika seluruh smelter tersebut beroperasi penuh, maka produksi nikel Indonesia dapat mencapai 2 juta ton Ni per tahun.

Baca Juga: Indonesia vs China, Siapa yang Lebih Diuntungkan dari Bisnis Nikel?

Dengan angka tersebut, maka cadangan nikel Indonesia hanya akan bertahan sekitar 36 tahun.

Selain itu, APNI juga mengkhawatirkan dampak lingkungan dari pembangunan smelter nikel yang tidak terkendali.

Smelter nikel membutuhkan banyak energi dan air untuk proses pengolahan bijih nikel menjadi produk hilir seperti feronikel atau nickel pig iron (NPI).

Smelter nikel juga menghasilkan limbah padat dan cair yang dapat mencemari tanah dan air jika tidak dikelola dengan baik.

Untuk itu, APNI mendukung rencana pemerintah untuk mempercepat moratorium pembangunan smelter nikel baru.

Moratorium ini diharapkan dapat mengendalikan produksi nikel Indonesia agar tidak melebihi batas daya dukung lingkungan dan ketersediaan sumber daya alam.

Selain itu, APNI juga meminta pemerintah untuk melarang ekspor produk hilir nikel seperti NPI dan FeNi, yang memiliki nilai tambah rendah dan konsumsi energi tinggi.

APNI berharap pemerintah dapat mengoptimalkan pemanfaatan cadangan nikel Indonesia untuk mendukung pengembangan industri baterai kendaraan listrik, yang memiliki prospek cerah di masa depan.

Industri baterai kendaraan listrik dapat meningkatkan nilai tambah nikel Indonesia hingga 10 kali lipat dari produk hilir nikel saat ini.

Selain itu, industri baterai kendaraan listrik juga dapat mendukung transisi energi hijau dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cadangan nikel Indonesia tidak akan habis dalam 15 tahun, namun juga tidak akan bertahan selamanya.

Baca Juga: Indonesia Punya Cadangan Nikel Terbanyak Dunia, Ini Alasannya China Sangat Menginginkannya

Cadangan nikel Indonesia harus dikelola dengan bijak dan berkelanjutan, agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi bangsa dan negara.

Nikel Indonesia adalah aset strategis yang harus dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan industri dan kesejahteraan masyarakat.

Artikel Terkait