Peristiwa perobekan bendera Belanda atau insiden Hotel Yamato disebut sebagai salah satu pemicu Pertempuran 10 November 1945 SUrabaya.
Intisari-Online.com -Peristiwa penyobekan bendera Belanda pada 19 September 1945 disebut-sebut lagi.
Musababnya, karena di hotel yang menjadi lokasi kejadian itulah dilangsungkan deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sebagai bakal capres dan cawapres pada Pilpres 2024 nanti.
Hotel itu sekarang bernama Hotel Majapahit, dulu dikenal sebagai Hotel Yamato.
Karena itulah kejadian peristiwa penyobekan bendera Belanda itu dikenal sebagai Insiden Hotel Yamato.
Bagaimana sejarahnya?
Insiden Hotel Yamato yang disebut juga sebagai Peristiwa Tunjungan merupakan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di Surabaya pada 19 September 1945.
Peristiwa ini terjadi pada masa Revolusi Kemerdekaan atau setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan di tahun 1945.
Saat itu, Sekutu dan Belanda kembali datang ke Indonesia dan mendarat di Surabaya.
Selain itu, insiden ini juga terkait dengan perang yang meletus di Surabaya pada 10 November 1945 yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya.
Seperti diketahui, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dikenal sebagai pertempuran paling menegangkan yang menunjukkan semangat patriotisme yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Penyebab Insiden Hotel Yamato Insiden Hotel Yamato adalah tindakan heroik yang dipicu oleh kemarahan rakyat Surabaya atas tindakan provokatif yang dilakukan oleh pihak Belanda.
Ketika itu sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh Mr.W.V.Ch. Ploegman mengibarkan yang berwarna merah, putih, dan biru di tiang bendera Hotel Yamato.
Hotel itu berada di Jalan Tunjungan 65, Surabaya.
Pengibaran bendera Belanda dilakukan tanpa adanya persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia di kota Surabaya.
Kronologi Insiden Hotel Yamato
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan pada 17 Agustus 1945, pemerintah Indonesia mengeluarkan maklumat mengenai penetapan pengibaran terus menerus bendera nasional Sang Saka Merah Putih di seluruh wilayah Indonesia.
Sesuai maklumat yang dikeluarkan pada tanggal 31 Agustus 1945 itu maka pengibaran bendera Merah Putih segera dilakukan di berbagai daerah.
Termasuk di Kota Surabaya.
Namun seiring masuknya pasukan Inggris dan Belanda ke Kota Surabaya, kondisi keamanan di wilayah ini semakin tidak kondusif.
Pada 18 September 1945, para Sekutu dan Belanda dari Allief Forces Netherlands East Indies (AFNEI) menjejakkan kakinya di Surabaya.
Mereka ditempatkan di Hotel Yamato, yang dijadikan sebagai markas Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran.
Hingga pada 19 September 1945, sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh Mr.W.V.Ch. Ploegman dengan sengaja mengibarkan bendera yang berwarna merah, putih, dan biru di tiang bendera Hotel Yamato, Surabaya.
Tindakan provokatif tersebut kemudian membuat seorang perwakilan Indonesia yaitu Residen Soedirman mendatangi Hotel Yamato tempat mereka mengibarkan bendera tersebut.
Residen Soedirman berusaha untuk bisa bertemu dan berdiskusi dengan pimpinan sekutu yaitu Ploegman agar bendera tersebut dapat diturunkan agar tidak memicu terjadinya keributan.
Namun, diskusi yang tidak berjalan lancar karena Ploegman menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia dan menurunkan benderanya.
Ploegman bahkan mengeluarkan sebuah pistol yang membuat perkelahian antara kedua belah pihak tidak dapat dihindari.
Di tengah keributan tersebut, Ploegman meninggal dunia karena dicekik oleh pengawal Soedirman yaitu Sidik.
Sayangnya, Sidik juga tewas di tangan tentara Belanda yang sedang bertugas saat itu.
Residen Soedirman beserta pengawalnya yang lain berhasil menghindari insiden tersebut dan segera keluar dari Hotel Yamato untuk mengamankan situasi.
Tidak disangka Hariyono yang awalnya bersama Soedirman masuk kembali ke dalam hotel bersama Kusno Wibowo yang langsung menuju ke atap Hotel Yamato.
Mereka melakukan aksi heroik dengan menurunkan dan merobek bendera Belanda yang berwarna merah, putih, biru dan dengan sengaja menyisakan bagian merah dan putih saja.
Insiden Hotel Yamato kemudian dikenal dengan tindakan heroik yaitu perobekan bendera Belanda yang berwarna merah-putih-biru menjadi bendera Indonesia yang berwarna merah-putih.
Dampak Insiden Hotel Yamato
Insiden Hotel Yamato disebut membuat kondisi keamanan di Surabaya semakin memanas.
Gesekan kecil yang terjadi lama-kelamaan berubah menjadi pertempuran yang memakan banyak korban.
Oleh beberapa pihak, Insiden Hotel Yamato disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya Pertempuran Surabaya.