Ternyata, Ratu Shima Berasal Dari Kerajaan Yang Sudah Ada Sejak Abad 5

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Kerajaan Kalingga, kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Shima, disebut sudah ada sejak abad ke-5 atau ke-6. Diperkirakan berada di sekitar Pekalongan sekarang.
Kerajaan Kalingga, kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Shima, disebut sudah ada sejak abad ke-5 atau ke-6. Diperkirakan berada di sekitar Pekalongan sekarang.

Kerajaan Kalingga, kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Shima, disebut sudah ada sejak abad ke-5 atau ke-6. Diperkirakan berada di sekitar Pekalongan sekarang.

Intisari-Online.com -Orang-orang mengenal Ratu Shima karena cara memimpinnya yang arif.

Tapi tak banyak yang tahu, kapan kerajaan yang dipimpin oleh putri kelahiran Sumatera itu berdiri?

Menurut beberapa sumber, kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Shima ternyata sudah ada sejak abad ke-5.

Kerajaan itu adalah Kerajaan Keling atau Kalingga atau Ho-ling.

Kerajaan Keling adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pertama muncul di pantai utara Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi.

Bersamaan dengan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sriwijaya.

Ada juga sumber lokal yang menyebut nama Ho-ling diperkirakan muncul pada abad ke-5 (kemudian disebut Keling) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah.

Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari catatan dari Tiongkok.

Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi pesaing Kedatuan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan, bersama Kerajaan Melayu dan Kerajaan Tarumanagara

Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya.

Meski begitu, tidak ada bukti peperangan antara Sriwijaya dan Kalingga.

Keling masa Ratu Shima

Kerajaan Kalingga mencapaipuncak kejayaannya di bawah pemerintahan seorang raja wanita bernama Ratu Shima.

Pada abad ke-7, Kerajaan Kalingga dipimpin seorang raja perempuan yang paling terkenal dengan keadilan sekaligus kejujurannya.

Ratu Shima berkuasa di Kerajaan Kalingga sejak 674 hingga 695.

Meskipun terkenal berkarakter keras dan tegas, Ratu Shima tetap dicintai oleh rakyatnya karena mereka bisa hidup damai, tenang, aman, dan tenteram.

Ratu Shima atau Hsi-mo lahir sekitar tahun 611, di daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Saat sedang tumbuh dewasa, Ratu Shima dinikahi oleh Raja Kartikeyasingha, Raja Kalingga, yang berkuasa sejak 648-674.

Pernikahan Ratu Shima dan Raja Kartikeyasingha dikaruniai dua anak bernama Parwati dan Narayana.

Pada 674, Raja Kartikeyasingha meninggal dunia.

Kedudukan sang raja kemudian diganti oleh istrinya, Ratu Shima.

Ratu Shima naik takhta pada 674 dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.

Saat sudah naik takhta, Ratu Shima sempat hendak dipinang oleh Raja Sriwijaya, Raja Jayanasa, untuk memperluas wilayah kekuasaannya.

Namun, pinangan itu ditolak.

Ratu Shima tidak menerima pinangan Jayanasa karena sebelumnya mereka telah menyerbu Kerajaan Melayu Sribuja, yang tidak lain adalah kerajaan kakak mertua sang ratu.

Ratu Shima adalah satu-satunya perempuan yang menjadi raja Kerajaan Kalingga.

Berdasarkan catatan berita Dinasti Tang, di bawah pemerintahan Ratu Shima, Kerajaan Kalingga berada dalam kondisi yang sangat aman dan tenteram.

Dengan demikian, puncak kejayaan Kerajaan Kalingga diperoleh di bawah kekuasaan Ratu Shima.

Selama memerintah, Ratu Shima memang terkenal keras dan tegas, tetapi juga adil.

Berkat sifat adil dan jujurnya, Ratu Shima pun sangat dicintai rakyatnya.

Aturan Ratu Shima yang paling dikenal adalah bahwa siapa pun yang ketahuan mencuri akan dipotong tangannya.

Disebutkan bahwa sempat ada raja dari kerajaan lain, menaruh kantong berisi emas di persimpangan jalan, tetapi tidak ada rakyat yang berani mengambilnya.

Suatu ketika, putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong tersebut dan ratu pun memerintahkan untuk menghukum mati sang putra mahkota.

Akan tetapi, hukuman tersebut tidak jadi dilakukan setelah Ratu Shima dibujuk oleh para menteri kerajaan.

Kendati begitu, Ratu Shima tetap mengatakan bahwa putra mahkotanya bersalah sehingga jemari kakinya harus dipotong.

Ratu Shima yang disebut-sebut beragama Hindu aliran Siwa dikenal sebagai seorang yang sangat toleran.

Pada masanya, keluarga, pejabat kerajaan, hingga rakyat diberi kebebasan untuk memeluk agama apa pun yang diinginkan.

Artikel Terkait