Intisari-online.com - Mataram adalah salah satu kerajaan besar di Jawa yang berdiri sejak abad ke-16.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645), Mataram mencapai puncak kejayaannya dengan menguasai hampir seluruh pulau Jawa, Madura, dan sebagian Sumatera.
Namun, ada satu wilayah yang tidak pernah berhasil ditaklukkan oleh Mataram, yaitu Bali.
Bali adalah pulau yang memiliki sejarah dan budaya yang berbeda dari Jawa.
Sejak abad ke-14, Bali telah menjadi pusat agama Hindu di Nusantara, setelah kerajaan Majapahit runtuh akibat serangan Islam.
Bali juga memiliki sistem pemerintahan yang terdiri dari sembilan kerajaan kecil yang saling bersaing, namun bersatu dalam menghadapi ancaman luar.
Sultan Agung memiliki ambisi untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Mataram.
Ia menganggap Bali sebagai bagian dari wilayah Majapahit yang harus dikembalikan ke tangan Mataram.
Selain itu, ia juga ingin menyebarkan agama Islam ke Bali, yang masih memeluk agama Hindu.
Pada tahun 1628, Sultan Agung memerintahkan pasukannya untuk menyerang Bali. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Suradipa, seorang panglima perang yang berpengalaman.
Pasukan Mataram berjumlah sekitar 10.000 orang, yang terdiri dari prajurit berkuda, prajurit bersenjata api, dan prajurit bersenjata tradisional.
Baca Juga: Cuma 20 Tahun Kerajaan Pajang Nikmati Kejayaan, Sisanya Jadi Bawahan Mataram Islam
Pasukan Mataram mendarat di pantai timur Bali, di daerah Klungkung.
Mereka kemudian bergerak ke arah barat, menuju ibu kota kerajaan Gelgel, yang merupakan kerajaan terkuat di Bali saat itu.
Pasukan Mataram berhasil mengalahkan pasukan Gelgel dalam pertempuran pertama.
Namun, mereka tidak bisa langsung menyerbu istana Gelgel, karena harus menghadapi perlawanan dari kerajaan-kerajaan lain di Bali.
Pasukan Mataram kemudian terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan Bali di berbagai tempat, seperti Gianyar, Mengwi, Badung, Tabanan, dan Buleleng.
Pasukan Bali menunjukkan keberanian dan keterampilan dalam berperang.
Mereka menggunakan senjata tradisional seperti keris, tombak, panah, dan pedang.
Mereka juga menggunakan strategi gerilya dan penyergapan untuk mengganggu pasukan Mataram.
Salah satu pertempuran terbesar terjadi di daerah Bedulu, dekat Ubud.
Di sini, pasukan Mataram bertemu dengan pasukan gabungan dari kerajaan Badung dan Tabanan.
Pertempuran ini berlangsung selama tiga hari dan tiga malam. Pasukan Mataram menderita banyak korban jiwa dan luka-luka.
Baca Juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Tumenggung Suradipa sendiri terluka parah oleh panah musuh.
Pertempuran Bedulu menjadi titik balik dalam perang Mataram vs Bali.
Pasukan Mataram mulai kehilangan semangat dan moral.
Mereka juga kehabisan persediaan makanan dan amunisi. Mereka mulai mundur ke arah pantai timur Bali, sambil terus dikejar oleh pasukan Bali.
Di tengah perjalanan mundur, pasukan Mataram mendapat kabar buruk dari Jawa.
Sultan Agung sedang sakit keras dan tidak bisa memberikan bantuan atau perintah apa pun.
Selain itu, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda juga mulai menyerang pelabuhan-pelabuhan penting milik Mataram di Jawa.
Pasukan Mataram akhirnya menyadari bahwa mereka tidak punya harapan untuk menaklukkan Bali.
Mereka memutuskan untuk menghentikan perang dan bernegosiasi dengan raja-raja Bali.
Mereka meminta izin untuk meninggalkan Bali dengan selamat dan membawa pulang jenazah dan luka-luka mereka.
Raja-raja Bali menyetujui permintaan pasukan Mataram, dengan syarat mereka harus mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Bali.
Baca Juga: Asal Usul Kerajaan Kutai, Pengaruh India dan Hindu dalam Kebudayaan Nusantara
Pasukan Mataram pun menandatangani perjanjian damai dengan raja-raja Bali.
Mereka kemudian berangkat dari Bali dengan kapal-kapal yang disediakan oleh VOC, yang juga ingin mengakhiri perang ini.
Perang Mataram vs Bali berakhir dengan kegagalan bagi Mataram.
Mataram tidak bisa menaklukkan Bali, bahkan harus kehilangan banyak wilayah dan kekuatan di Jawa akibat serangan VOC.
Sultan Agung meninggal dunia pada tahun 1645, tanpa melihat impian besarnya terwujud.
Sementara itu, Bali tetap bertahan sebagai pulau yang tak terkalahkan oleh Mataram.
Bali berhasil mempertahankan sejarah dan budayanya yang unik.
Bali juga menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di dunia, yang menarik banyak pengunjung dari berbagai negara.