Kolonel Alex Kawilarang pernah ditugaskan pemerintah menumpas pemberontakan Kahar Muzakar dan RMS di Maluku Selatan, tapi terlibat dalam Permesta yang melawan pemerintah pusat.
Intisari-Online.com -Cerita sosok kita ini adalah cerita yang paradoks.
Bagaiman tidak, di satu sisi dia pernah ditugaskan untuk memberantas pemberontakan Republik Maluku Selatan yang dipimpin Chris Sumoukil.
Dia juga pernah ditugaskan untuk pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Tapi di sisi lain pernah bergabung dengan Permesta melawan pemerintah resmi Republik Indonesia.
DialahAlexander Evert Kawilarang atau yang biasa dikenal sebagai Kolonel Alex Kawilarang.
Alex Kawilarang merupakanperwira TNI pada masa Revolusi Nasional Indonesia yang juga seorang mantan anggota KNIL.
Dia dikenal sebagai pendiri Kesko TT yang kemudian malih rupa menjadi Kopassus.
Pada1958 dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai atase militer di Amerika Serikat untuk bergabung dengan pemberontakan Permesta.
Dalam posisi inilah dia harus melawan pasukan Kopassus yang dibentuknya.
Keterlibatannya dalam Permesta menghentikan karier militernya dengan TNI, tetapi ia tetap populer dan aktif dalam komunitas angkatan bersenjata sampai masa tuanya.
Perkenalan Alex Kawilarang dengan militer ketika dia mengikuti jejak ayahnya masukKorps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL (Corps Opleiding Reserve Officeren, CORO) pada tahun 1940.
Setelah itu dia melanjukannya ke ke Akademi Militer Kerajaan (Koninklijk Militaire Academie) darurat di Bandung dan Garut, Jawa Barat dari tahun 1940 sampai 1942.
Yang seangkatan dengan dirinya adalah AH Nasution dan TB Simatupang.
Saat zaman Jepang dia ditangkap Belanda karena dianggap dekat dengan Belanda.
Dia merasakan pedihnya siksaan Jepangyang kejam.
Setelah proklamasi, pada 11 Desember 1945, Kawilarang diangkat sebagaiperwira penghubung dengan pasukan Inggris di Jakarta dengan pangkat mayor.
Setelah itu, berbagai posisi pernah dia tempati.
Dalam usia yang baru menginjak 30 tahun, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi pada tanggal 15 April 1950.
Tugasnya adalah menumpas pemberontakanpasukanAndi Azis di Makassar, Sulawesi Selatan.
Di waktu yang bersamaan, Kawilarang juga ditugaskan menumpaspemberontakan Kahar Muzakkar dan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) pimpinan Soumokil.
Pertempuran di Maluku lebih sengit karena lawannya adalah mantan tentara KNIL asal Maluku yang tergabung dalam pasukan Green Caps.
Tapi pemberontakan RMS akhirnya bisa ditumpas.
Agustus 1956, Kawilarang ditugaskan sebagai Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat AH Nasution.
Saat itu Kawilarang berpangkat brigadir jenderal.
Pada 2 Maret 1957, Ventje Sumual mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta dan gerakan Permesta.
Gerakanini adalah bentuk ketidakpuasan Ventje terhadap pemerintah pusat terkait kurangnya otonomi daerah.
Pusat gerakan ini berada di Manado dan Minahasa di Sulawesi Utara.
Gerakan ini bersatu dengan gerakan terpisah di Sumatra yang disebut Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Awalnya Kawilarang hanya memantau saja.
Tapi kemudian dia menyimpulkan,pemerintah pusat di Jawa yang menjadi penyebab krisis regional tersebut.
Pada Maret 1958, dia memberi tahu Duta Besar Indonesia untuk AS, Mukarto, bahwa ia akan berangkat ke Sulawesi Utara.
Dia pun meninggalkan jabatannya pada 22 Maret 1958 dan menjabat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI (1958) dan Kepala Staf Angkatan Perang APREV (Angkatan Perang Revolusi) PRRI, dengan pangkat mayor jenderal dari Februari 1959 hingga Februari 1960.
Meskipun terlibat dalam Permesta, Kawilarang adalahsatu-satunya perwira TNI yang tidak segera diberhentikan oleh pemerintah pusat secara tidak hormat.
Pemberontakan Permesta sendiri akhirnya bisa dipadamkan pada 1961.
Itulah sekelumit kisah tentang Kolonel Alex Kawilarang, perwira TNI yang pernah ditugaskan menumpas pemberontakan tapi memilih bergabung dengan pemberontak.