Intisari-online.com - Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang berdiri di Nusantara, tepatnya di pesisir utara Sumatera.
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik al-Saleh pada abad ke-13 dan mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az-Zahir pada abad ke-14.
Samudera Pasai dikenal sebagai bandar dagang yang strategis karena terletak di Selat Malaka, jalur perdagangan utama antara Timur dan Barat.
Kerajaan ini juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di kawasan Asia Tenggara.
Namun, setelah hampir tiga abad berjaya, Samudera Pasai mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh pada awal abad ke-16.
Apa penyebab keruntuhan kerajaan ini?
Berdasarkan sumber-sumber sejarah, ada dua faktor utama yang mempengaruhi runtuhnya Samudera Pasai, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam kerajaan itu sendiri, seperti konflik dinasti, perang saudara, perebutan kekuasaan, dan kemerosotan ekonomi.
Salah satu contoh konflik dinasti yang terjadi di Samudera Pasai adalah kasus Sultan Ahmad Malik Az-Zahir, raja keempat yang memerintah pada tahun 1349-1383.
Sultan ini dikenal sebagai raja yang kejam dan tidak berakhlak.
Ia dikabarkan membunuh putra-putranya sendiri dan berniat menikahi putri-putrinya.
Baca Juga: Tidore, Kerajaan Islam yang Berpusat di Kota Tidore dan Menguasai Sebagian Besar Papua Barat.
Ia juga menentang pernikahan putranya yang kedua, Tun Abdul Jalil, dengan putri Majapahit, Raden Galuh Gemerencang.
Akibatnya, Tun Abdul Jalil dibunuh oleh ayahnya sendiri dan mayatnya dibuang ke laut.
Peristiwa ini menimbulkan kemarahan Majapahit, yang kemudian menyerang Samudera Pasai pada tahun 1350.
Serangan ini berhasil ditangkis oleh pasukan Samudera Pasai dengan bantuan dari Kesultanan Mamluk Mesir. Namun, serangan ini juga mengakibatkan kerusakan dan kerugian bagi Samudera Pasai.
Selain itu, serangan ini juga memicu perlawanan dari rakyat Samudera Pasai terhadap Sultan Ahmad Malik Az-Zahir.
Beberapa pihak mulai mengangkat diri sebagai calon pengganti sultan dan memperebutkan tahta.
Hal ini menyebabkan perang saudara yang melemahkan kerajaan.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar kerajaan, seperti persaingan dagang, ancaman militer, dan pengaruh budaya.
Salah satu contoh faktor eksternal yang mempengaruhi runtuhnya Samudera Pasai adalah munculnya Kerajaan Malaka pada tahun 1405.
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara, seorang pangeran Srivijaya yang melarikan diri dari serangan Majapahit.
Kerajaan Malaka berkembang pesat menjadi bandar dagang yang lebih besar dan lebih maju dari Samudera Pasai.
Baca Juga: Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya, Pemilik Kekuatan Maritim Terbesar di Nusantara
Kerajaan Malaka juga menganut agama Islam dan menjalin hubungan baik dengan negara-negara Islam lainnya, seperti Cina, India, Persia, dan Turki.
Akibatnya, Samudera Pasai mulai kehilangan pengaruh dan pendapatan dari perdagangan di Selat Malaka.
Banyak pedagang asing yang lebih memilih berdagang di Malaka daripada di Samudera Pasai.
Selain itu, Samudera Pasai juga harus bersaing dengan kerajaan-kerajaan lain di Sumatera, seperti Aceh, Pagaruyung, Minangkabau, dan Jambi.
Persaingan ini semakin memperlemah posisi Samudera Pasai sebagai bandar dagang utama di Nusantara.
Puncak dari faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya Samudera Pasai adalah serangan Portugis pada tahun 1521.
Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang berhasil mencapai Asia melalui jalur laut.
Mereka datang dengan tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara.
Pada tahun 1511, Portugis berhasil merebut Malaka dari tangan Kesultanan Melayu.
Setelah itu, mereka melanjutkan ekspansi mereka ke wilayah-wilayah lain di Nusantara, termasuk Samudera Pasai.
Pada tahun 1521, armada Portugis yang dipimpin oleh Jorge de Albuquerque menyerang Samudera Pasai.
Serangan ini bertujuan untuk menghancurkan kekuatan militer dan ekonomi Samudera Pasai, serta untuk mengambil alih sumber-sumber rempah-rempah yang ada di sana.
Serangan ini berhasil mengalahkan pasukan Samudera Pasai yang sudah lemah dan terpecah-belah.
Kota Samudera Pasai dibakar dan dirampas oleh Portugis.
Sultan terakhir Samudera Pasai, Sultan Zainal Abidin IV, tewas dalam pertempuran.
Dengan demikian, runtuhlah Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Keruntuhan ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi konflik dinasti, perang saudara, perebutan kekuasaan, dan kemerosotan ekonomi.
Faktor eksternal meliputi persaingan dagang, ancaman militer, dan pengaruh budaya.
Keruntuhan ini merupakan akhir dari sebuah sejarah yang panjang dan gemilang dari kerajaan yang pernah menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Nusantara.