Film Primbon Ceritakan Anak yang Hilang Ketika Mendaki Gunung, Ini 4 Pantangan Naik Gunung Menurut Primbon Jawa

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Film Primbon menceritakan gadis bernama Rana yang hilang dalam pendakian gunung.
Film Primbon menceritakan gadis bernama Rana yang hilang dalam pendakian gunung.

Intisari-online.com - Telkomsel MAXstream luncurkan film horor berjudul Primbon, dengan tema kearifan lokal.

Film ini menceritakan tentang hilangnya seorang anak bernama Rana, yang diyakini meninggal dunia dalam pendakian gunung, bersama temannya Janu.

Namun, orang tuanya tidak menerima kenyataan tersebut karena berpegang teguh bahwa putrinya Rana masih hidup.

Hingga akhirnya keajaiban terjadi ketika Rana pulang ke rumah pada saat tahlilan sedang berlangsung.

Namun, mereka yang masih hidup berpegang teguh pada keyakinan primbon.

Mereka percaya bahwa yang kembali ke rumah bukanlah manusia, dan misteri pun muncul dari cerita tersebut.

Primbon sendiri merupakan kepercayaan dalam keyakinan orang Jawa.

Biasanya untuk menggambarkan sesuatu seperti ramalan, hingga pantangan.

Nah, dalam kepercayaan Jawa terdapat banyak gunung yang dipercaya sebagai tempat yang sakral dan memiliki penunggu atau makhluk halus.

Oleh karena itu, para pendaki harus menghormati dan menjaga kesucian gunung tersebut dengan tidak melanggar pantangan atau larangan yang berlaku.

Pantangan-pantangan ini biasanya berdasarkan pada kepercayaan dan tradisi yang telah turun-temurun dalam budaya Jawa.

Berikut adalah beberapa pantangan ketika naik gunung menurut kepercayaan primbon Jawa:

Baca Juga: 4 Weton yang Paling Misterius dan Sulit Ditebak Menurut Primbon Jawa, Anda Salah Satunya?

1. Tidak boleh mendaki dengan jumlah anggota ganjil

Salah satu pantangan yang paling sering ditemui adalah larangan untuk mendaki dengan jumlah anggota ganjil.

Beberapa gunung yang menerapkan pantangan ini antara lain Gunung Lawu, Gunung Slamet, Gunung Arjuna, Gunung Welirang, dan Gunung Semeru.

Menurut mitos, jika pendaki nekat dengan jumlah ganjil, maka rombongan akan digenapkan oleh penunggu gunung, yang berarti ada anggota yang akan tersesat, hilang, atau disembunyikan.

Alasan di balik pantangan ini adalah karena angka ganjil dianggap sebagai angka sial dan tidak seimbang dalam budaya Jawa.

Angka ganjil juga melambangkan kesendirian dan kesepian, yang bertentangan dengan konsep gotong royong dan kebersamaan dalam mendaki gunung.

Oleh karena itu, sebaiknya pendaki memilih jumlah anggota genap agar terhindar dari hal-hal buruk.

2. Tidak boleh memotong rambut sebelum atau sesudah mendaki

Pantangan lain yang berkaitan dengan mendaki gunung adalah tidak boleh memotong rambut sebelum atau sesudah mendaki.

Pantangan ini berlaku untuk semua gunung di Pulau Jawa, terutama untuk mereka yang memiliki weton tertentu seperti Jumat Legi, Jumat Kliwon, atau Selasa Kliwon.

Weton adalah perhitungan hari lahir seseorang berdasarkan penanggalan Jawa.

Menurut primbon Jawa, rambut adalah salah satu bagian tubuh yang memiliki energi positif dan negatif.

Memotong rambut sebelum mendaki bisa mengurangi energi positif dan meningkatkan energi negatif, sehingga membuat pendaki rentan terkena gangguan makhluk halus.

Sedangkan memotong rambut sesudah mendaki bisa membuat energi positif yang didapat dari gunung hilang begitu saja.

Baca Juga: Arti Kedutan Mata Kiri Atas Menurut Primbon Jawa, Benarkah Erat Kaitannya Dengan Jodoh?

3. Tidak boleh berenang atau mandi di sungai atau air terjun

Pantangan ketika naik gunung selanjutnya adalah tidak boleh berenang atau mandi di sungai atau air terjun yang ada di sekitar gunung.

Pantangan ini berlaku untuk semua pendaki, terutama bagi mereka yang akan menikah dalam waktu dekat.

Menurut primbon Jawa, pantangan ini sebaiknya tidak dilakukan selama 15 hari atau 3 pasaran sebelum melangsungkan pernikahan.

Alasan di balik pantangan ini adalah karena sungai atau air terjun dipercaya sebagai tempat tinggal para bidadari atau dewi cantik yang bisa menggoda para lelaki.

Jika calon pengantin pria berenang atau mandi di sana, maka dia bisa terpesona oleh bidadari tersebut dan lupa dengan calon istrinya.

Sedangkan jika calon pengantin wanita berenang atau mandi di sana, maka dia bisa dicemburui oleh bidadari tersebut dan mendapat halangan dalam pernikahannya.

4. Tidak boleh mengambil atau membawa barang-barang yang tidak semestinya

Pantangan terakhir yang harus diperhatikan oleh para pendaki adalah tidak boleh mengambil atau membawa barang-barang yang tidak semestinya dari gunung.

Barang-barang ini bisa berupa batu, tanaman, kayu, atau benda-benda mistis yang ada di sekitar gunung.

Pantangan ini berlaku untuk semua gunung di Pulau Jawa, terutama untuk mereka yang memiliki mimpi tertentu sebelum mendaki.

Menurut primbon Jawa, mimpi adalah salah satu cara untuk mengetahui pertanda atau pesan dari alam.

Jika pendaki bermimpi mendaki gunung dengan susah payah, sampai rasanya ingin menyerah di tengah jalan, maka dia harus hati-hati.

Konon, arti mimpi tersebut adalah pertanda akan mendapat kesulitan di dunia nyata.

Oleh karena itu, sebaiknya pendaki tidak mengambil atau membawa barang apapun dari gunung, karena bisa menambah beban dan kesulitan dalam hidupnya.

Demikianlah artikel tentang Pantangan Ketika Naik Gunung Menurut Kepercayaan Primbon Jawa.

Artikel Terkait