Ramalan Jayabaya dan Gus Dur Soal Prabowo Subianto, Satrio Piningit yang Menata Negara

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Dalam ramalan Jayabaya, disebutkan bahwa akan ada seorang Satrio Piningit, Apakah Prabowo Subianto yang dimaksud.
Dalam ramalan Jayabaya, disebutkan bahwa akan ada seorang Satrio Piningit, Apakah Prabowo Subianto yang dimaksud.

Intisari-online.com - Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, telah menyatakan kesiapannya untuk kembali maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu 2024.

Ini merupakan kali keempat Prabowo mencalonkan diri sebagai capres, setelah sebelumnya tiga kali gagal mengalahkan Susilo Bambang Yudhoyono (2009), Joko Widodo (2014, 2019).

Apakah Prabowo akan berhasil mewujudkan mimpinya menjadi presiden di usia senja? Apakah ada ramalan yang mendukung ambisinya tersebut?

Ramalan Jayabaya dan Gus Dur

Salah satu ramalan yang sering dikaitkan dengan Prabowo adalah ramalan Jayabaya, raja Panjalu Kediri yang berkuasa antara 1135-1159.

Jayabaya dikenal sebagai raja yang memiliki kemampuan meramal masa depan, bahkan sampai tujuh presiden Indonesia.

Ramalan Jayabaya ini dikenal dengan istilah Notonegoro, yang artinya menata negara.

Dalam ramalan Jayabaya, disebutkan bahwa akan ada seorang Satrio Piningit, yaitu seorang pemimpin yang disembunyikan oleh Tuhan, yang akan muncul di akhir zaman untuk menegakkan keadilan dan kemakmuran di Indonesia.

Satrio Piningit ini akan menjadi presiden yang menggantikan Joko Widodo, dan akan menjadikan Indonesia kembali meraih kejayaannya, mampu meredam konflik, dan menjadi lahan pertanian kembali menjadi subur.

Selain ramalan Jayabaya, ada juga ramalan Gus Dur, atau Abdurrahman Wahid, presiden keempat Indonesia yang juga merupakan ulama kharismatik dan pluralis.

Gus Dur pernah meramalkan bahwa Prabowo Subianto akan menjadi presiden di usia tua.

Baca Juga: Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Terbaik Versi Survei, Ini Kinerja dan Kontribusinya untuk Indonesia

Ramalan ini disampaikan Gus Dur kepada pendakwah kondang Gus Miftah saat mereka bertemu di tahun 2009.

Gus Dur mengatakan bahwa Prabowo adalah seorang prajurit yang tidak akan pernah menyerah untuk berjuang demi cita-citanya.

Gus Dur juga mengatakan bahwa Prabowo adalah seorang patriot yang mencintai bangsa dan negaranya.

Gus Dur menilai bahwa Prabowo memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang baik, asalkan ia mau belajar dari kesalahannya di masa lalu.

Apakah Prabowo Subianto adalah Satrio Piningit?

Pertanyaan yang muncul adalah apakah Prabowo Subianto adalah Satrio Piningit yang dimaksud dalam ramalan Jayabaya dan Gus Dur?

Tentu saja tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini, karena ramalan adalah sesuatu yang bersifat spekulatif dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.

Namun, ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan untuk menjawab pertanyaan ini.

Pertama, Prabowo Subianto memang memiliki latar belakang sebagai seorang prajurit dan patriot.

Ia pernah menjadi komandan jenderal Kopassus dan panglima Kostrad, serta terlibat dalam berbagai operasi militer di dalam dan luar negeri.

Ia juga pernah menjadi menantu Soeharto, presiden kedua Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun.

Baca Juga: Kisah Sosok Dora Marie Sigar, Dari Manado ke Jerman hingga Menjadi Ibu dari Prabowo Subianto

Kemudian memiliki pengalaman dan jaringan yang luas di bidang politik dan militer.

Kedua, Prabowo Subianto memang berada di usia senja saat ini.

Ia lahir pada tanggal 17 Oktober 1951, yang berarti ia akan berusia 73 tahun pada tahun 2024. Ini merupakan usia yang cukup tua untuk menjadi seorang presiden.

Sebagai perbandingan, Joko Widodo saat ini berusia 60 tahun, sementara Susilo Bambang Yudhoyono saat pensiun dari jabatan presiden berusia 65 tahun.

Ketiga, Prabowo Subianto memang memiliki visi untuk menata negara Indonesia sesuai dengan cita-cita proklamasi.

Ia sering menyampaikan gagasan-gagasannya tentang ekonomi kerakyatan, kedaulatan pangan, energi, dan sumber daya alam, serta kesejahteraan rakyat.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga dan dunia internasional.

Namun, ada juga beberapa hal yang bisa menjadi hambatan bagi Prabowo Subianto untuk menjadi Satrio Piningit.

Pertama, Prabowo Subianto memiliki catatan buruk di masa lalu yang masih menimbulkan kontroversi dan kritik.

Ia pernah dituduh terlibat dalam penculikan aktivis pro-demokrasi pada tahun 1998, serta dalam kerusuhan yang menggulingkan Soeharto dari kekuasaan.

Ia juga pernah dipecat dari TNI karena dianggap melanggar kode etik militer.

Baca Juga: Budiman Sudjatmiko Nekat Bertemu Prabowo Malam-malam Di Kediamannya, PDI Perjuangan Langsung Bereaksi

Kedua, Prabowo Subianto belum mampu memenangkan hati rakyat Indonesia dalam tiga kali pemilihan presiden yang ia ikuti.

Ia selalu kalah tipis dari lawannya, baik dari Susilo Bambang Yudhoyono maupun Joko Widodo.

Ia juga sering dianggap sebagai sosok yang keras, otoriter, dan ambisius, yang tidak sesuai dengan karakteristik Satrio Piningit yang diharapkan sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, dan rendah hati.

Ketiga, Prabowo Subianto belum memiliki rekan atau pendamping yang bisa mendukung dan melengkapi dirinya sebagai calon presiden.

Ia pernah berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri (2009), Hatta Rajasa (2014), dan Sandiaga Uno (2019), namun tidak ada satupun dari mereka yang bisa membawa kemenangan bagi Prabowo.

Ia juga belum menentukan siapa yang akan menjadi calon wakil presiden (cawapres) di tahun 2024.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Prabowo Subianto memiliki beberapa kesamaan dengan Satrio Piningit yang diramalkan oleh Jayabaya dan Gus Dur, namun juga memiliki beberapa perbedaan dan tantangan yang harus ia hadapi.

Apakah Prabowo Subianto akan menjadi presiden di usia senja seperti ramalan Gus Dur?

Apakah Prabowo Subianto adalah Satrio Piningit yang akan menata negara seperti ramalan Jayabaya?

Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Yang pasti, Prabowo Subianto harus terus berjuang dan belajar untuk menjadi pemimpin yang lebih baik bagi bangsa dan negara Indonesia.

Artikel Terkait