Serangan Udara Pertama TNI AU 27 Juli 1947 Jadi Tanda Kebangkitan Indonesia Melawan Agresi Belanda

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Serangan udara pertama TNI AU ke Belanda terjadi pada 27 Juli 1947.
Serangan udara pertama TNI AU ke Belanda terjadi pada 27 Juli 1947.

Intisari-online.com - Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda mengingkari Perjanjian Linggarjati yang telah ditandatangani pada tahun sebelumnya.

Belanda melancarkan Agresi Militer I dengan menyerang pos-pos strategis milik Republik Indonesia di Jawa, Sumatera, dan Madura.

Serangan-serangan itu menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan, serta membuat Indonesia kehilangan banyak lapangan udara dan pesawat-pesawatnya.

Namun, Indonesia tidak tinggal diam.

Sebagai bentuk perlawanan dan pembalasan, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) merencanakan sebuah operasi udara untuk menyerang markas-markas Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.

Operasi ini direstui oleh Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma selaku Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) dan Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma selaku Wakil KSAU.

Operasi ini dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 1947 pukul 05.00 WIB.

Tiga pesawat warisan Jepang yang masih bisa terbang dikerahkan untuk operasi ini.

Pesawat-pesawat itu adalah satu Mitsubishi Ki-51 Guntei (pesawat pengebom ringan), dan dua Yokosuka K5Y Cureng (pesawat latih bersayap ganda).

Pesawat Guntei diterbangkan oleh Kadet Udara 1 Mulyono dengan Rear Gunner Abdulrachman.

Pesawat Cureng No. 1 diterbangkan oleh Kadet Udara 1 Suharnoko Harbani dengan Rear Gunner Kaput.

Baca Juga: Inilah 4 Peristiwa Polisi Tembak Polisi, Fenomena yang Mengguncang Institusi Kepolisian Indonesia

Pesawat Cureng No. 2 diterbangkan oleh Kadet Udara 1 Sutarjo Sigit dengan Rear Gunner Sutarjo.

Pesawat-pesawat itu membawa bom seberat 300 kg dan bom molotov yang dibuat dari botol-botol minuman keras bekas.

Mereka terbang rendah untuk menghindari radar musuh dan menuju ke sasaran-sasaran yang telah ditentukan.

Pesawat Cureng No. 2 sempat terpisah dari rombongan dan berinisiatif mengebom markas Belanda di Ambarawa.

Pesawat Guntei dan Cureng No. 1 berhasil mengebom markas Belanda di Semarang dan Salatiga.

Serangan udara ini merupakan serangan udara pertama yang dilakukan oleh TNI AU dalam sejarahnya.

Meskipun serangan ini tidak menimbulkan kerusakan yang besar bagi Belanda, namun serangan ini memiliki dampak psikologis yang signifikan bagi Indonesia maupun Belanda.

Bagi Indonesia, serangan ini menjadi tanda kebangkitan dan keberanian bangsa Indonesia untuk melawan penjajah dengan segala keterbatasan yang ada.

Bagi Belanda, serangan ini menjadi bukti bahwa Indonesia tidak mudah ditaklukkan dan masih memiliki kemampuan untuk melawan.

Serangan udara ini juga menjadi inspirasi bagi generasi penerus TNI AU untuk terus berjuang demi menjaga kedaulatan dan keutuhan negara.

Oleh karena itu, tanggal 29 Juli ditetapkan sebagai Hari Bakti TNI AU sebagai penghormatan kepada para pahlawan yang telah berkorban dalam operasi udara pertama tersebut.

Baca Juga: Di Balik Peristiwa Polisi Tembak Polisi di Bogor, Begini Cara Polri Menangani Kasus Internalnya

Artikel Terkait