Intisari-online.com - Pada tanggal 16 Juli 1945, pukul 05.29 pagi, dunia menyaksikan ledakan bom nuklir pertama dalam sejarah.
Bom nuklir itu, yang diberi kode nama Trinity, diledakkan oleh Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari Proyek Manhattan, program rahasia untuk mengembangkan senjata nuklir selama Perang Dunia II.
Lokasi uji coba bom nuklir itu adalah padang gurun Jornada del Muerto, sekitar 56 kilometer tenggara kota Socorro, New Mexico.
Di tempat itu, hanya ada sebuah rumah pertanian dan beberapa bangunan tambahan yang digunakan oleh para ilmuwan sebagai laboratorium untuk menguji komponen bom.
Sebuah kamp dasar dibangun, dan ada 425 orang yang hadir pada akhir pekan uji coba tersebut.
Kode nama Trinity diberikan oleh J. Robert Oppenheimer, direktur Laboratorium Los Alamos, yang terinspirasi oleh puisi John Donne.
Bom nuklir yang diuji adalah desain implosi plutonium, yang dijuluki "Gadget".
Memiliki desain yang sama dengan bom Fat Man yang kemudian diledakkan di atas Nagasaki, Jepang, pada tanggal 9 Agustus 1945.
Kompleksitas desain bom nuklir itu membutuhkan upaya besar dari Laboratorium Los Alamos, dan kekhawatiran tentang apakah bom itu akan berhasil menyebabkan keputusan untuk melakukan uji coba nuklir pertama.
Uji coba itu direncanakan dan dipimpin oleh Kenneth Bainbridge.
Baca Juga: Mampu Tahan Bom Nuklir, Pasukan Ukraina Sembunyi Di Terowongan Misterius
Karena takut bom itu gagal meledak, dibangunlah sebuah wadah baja bernama Jumbo yang dapat menampung plutonium, sehingga dapat dipulihkan.
Namun akhirnya wadah itu tidak digunakan dalam uji coba. Sebuah latihan dilakukan pada tanggal 7 Mei 1945, di mana 98 ton bahan peledak dicampur dengan isotop radioaktif diledakkan.
Ledakan Gadget menghasilkan energi peledak sekitar 25 kiloton TNT (100 TJ).
Para pengamat meliputi Vannevar Bush, James Chadwick, James Conant, Thomas Farrell, Enrico Fermi, Hans Bethe, Richard Feynman, Leslie Groves, Robert Oppenheimer, Frank Oppenheimer, Geoffrey Taylor, Richard Tolman, Edward Teller, dan John von Neumann.
Situs uji coba Trinity dinyatakan sebagai distrik Situs Bersejarah Nasional pada tahun 1965, dan terdaftar di Daftar Tempat Bersejarah Nasional pada tahun berikutnya.
Uji coba Trinity menjadi tonggak penting dalam sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir.
Uji coba itu juga membuka babak baru dalam perang dan politik dunia. Bom nuklir Trinity menjadi awal dari Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Bom nuklir Trinity juga menjadi simbol dari kekuatan dan ketakutan yang dimiliki oleh senjata nuklir.
Uji coba Trinity tidak hanya menimbulkan dampak ilmiah dan politik, tetapi juga dampak kesehatan dan lingkungan.
Ledakan bom nuklir itu menghasilkan awan jamur raksasa yang membawa debu radioaktif ke udara.
Debu itu kemudian tersebar oleh angin dan jatuh ke tanah sebagai hujan radioaktif, atau yang disebut fallout.
Fallout dari uji coba Trinity mencemari tanah, air, tumbuhan, dan hewan di sekitar lokasi uji coba dan di daerah lain yang terkena hembusan angin.
Fallout juga dapat masuk ke tubuh manusia melalui inhalasi, konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi, atau kontak langsung dengan kulit.
Paparan radiasi dari fallout dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh, yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker dan penyakit lainnya.
Risiko ini tergantung pada tingkat dosis radiasi yang diterima, waktu paparan, jarak dari lokasi uji coba, jenis kanker atau penyakit, usia saat paparan, dan faktor lainnya.
Para penduduk New Mexico yang tinggal di dekat atau di bawah jalur fallout dari uji coba Trinity disebut sebagai Downwinders.
Mereka mengklaim bahwa mereka telah mengalami kesulitan yang tidak semestinya dalam bertahun-tahun setelah Trinity karena fallout radioaktif dari uji coba itu.
Dampak negatifnya meliputi peningkatan angka kanker, penyakit lain yang menyebabkan stres finansial dan sosial, dan kematian.
Untuk mengetahui dampak kesehatan dari uji coba Trinity, para peneliti dari Institut Kanker Nasional (NCI) melakukan sebuah studi untuk memperkirakan dosis radiasi dan risiko kanker berlebih yang terkait dengan uji coba itu.
Hasil studi mereka diterbitkan secara online pada tanggal 1 September 2020, di jurnal Health Physics.
Dalam studi itu, para peneliti memperkirakan dosis radiasi yang mungkin diterima oleh semua kabupaten di New Mexico.
Mereka juga memberikan perkiraan berapa banyak kasus kanker yang mungkin telah terjadi di masa lalu dan mungkin terjadi di masa depan yang terkait dengan paparan radiasi ini.
Baca Juga: Mampu Tahan Bom Nuklir, Pasukan Ukraina Sembunyi Di Terowongan Misterius
Menurut studi itu, sekitar 40.000 orang di New Mexico menerima dosis radiasi lebih dari 0,01 milisievert (mSv) dari uji coba Trinity.
Dosis rata-rata untuk kelompok ini adalah sekitar 3,7 mSv. Untuk perbandingan, dosis rata-rata dari sinar-X dada adalah sekitar 0,1 mSv.
Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 550 kasus kanker berlebih telah terjadi di antara kelompok ini sejak tahun 1945 sampai tahun 2017.
Mereka juga memperkirakan bahwa sekitar 280 kasus kanker berlebih akan terjadi di antara kelompok ini di masa depan.
Jumlah ini setara dengan sekitar 0,3 persen dari total kasus kanker yang diperkirakan terjadi di New Mexico selama periode tersebut.
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti ketidakpastian dalam data tentang pola fallout, kebiasaan makan penduduk New Mexico pada tahun 1940-an dan 1950-an, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kanker.
Studi ini juga tidak mempertimbangkan paparan radiasi dari sumber lain selain uji coba Trinity.
Meskipun demikian, studi ini memberikan informasi penting tentang dampak potensial dari uji coba nuklir pertama di dunia bagi penduduk New Mexico.
Studi ini juga dapat menjadi dasar untuk upaya-upaya lebih lanjut untuk mengkaji dampak kesehatan dari uji coba nuklir lainnya.