Pertahanan Kraton Yogyakarta akhirnya runtuh dan pasukan masuk melalui Plengkung Tarunasura, Nirbaya, dan Alun-Alun Utara.
Akibat dari peristiwa Geger Sepoy adalah Sultan Hamengkubuwana II ditangkap dan dibuang ke Pulau Penang, sedangkan putra mahkotanya, Hamengkubuwana III, diangkat menjadi sultan baru dengan syarat tunduk kepada Inggris.
Selain itu, Kraton Yogyakarta juga harus menyerahkan sebagian besar wilayahnya kepada Inggris dan membayar ganti rugi sebesar 100.000 real Spanyol.
Peristiwa Geger Sepoy menjadi salah satu catatan sejarah yang mengubah wajah Yogyakarta tahun 1812.
Dampak dari peristiwa Geger Sepoy sangat merugikan Kesultanan Yogyakarta. Keraton dirampok dan dijarah oleh orang-orang Inggris.
Selain kehilangan harta, keraton juga kehilangan naskah berharga.
Tidak hanya itu, uang perbendaharaan milik keraton juga dikuasai dan diambil oleh Raffles.
Beberapa literatur menuliskan bahwa uang yang diambil oleh Raffles mencapai 7.000 real Spanyol.
Selain itu, peristiwa Geger Sepoy juga berdampak besar terhadap keberlangsungan pemerintahan di Yogyakarta.
Inggris melakukan berbagai kebijakan yang menguntungkannya di kraton, setelah berhasil menguasainya dan menangkap Sultan Hamengkubuwana II.
Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh Inggris adalah memecah wilayah Kesultanan Yogyakarta menjadi dua bagian, yaitu Kasunanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.
Hal ini bertujuan untuk melemahkan kekuatan politik Yogyakarta dan memperkuat pengaruh Inggris di Jawa.
Peristiwa Geger Sepoy juga berdampak bagi masyarakat Yogyakarta.
Banyak rakyat yang menjadi korban jiwa akibat peperangan antara pasukan keraton dan pasukan Inggris.
Selain itu, masyarakat juga mengalami kesulitan ekonomi akibat pajak yang dikenakan oleh Inggris yang sangat tinggi.
Masyarakat juga merasa kehilangan sosok Sultan Hamengkubuwana II yang dianggap sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR