Masjid Sulthoni Wotgaleh, Masjid Peninggalan Mataram Islam Tempat Putra Panembahan Senopati Dimakamkan

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Masjid Sulthono Wotgaleh, masjid peninggalan Mataram Islam, tempat dimakamkannya Pangeran Purbaya, putra Panembahan Senopati paling berani.
Masjid Sulthono Wotgaleh, masjid peninggalan Mataram Islam, tempat dimakamkannya Pangeran Purbaya, putra Panembahan Senopati paling berani.

Masjid Sulthono Wotgaleh, masjid peninggalan Mataram Islam, tempat dimakamkannya Pangeran Purbaya, putra Panembahan Senopati paling berani.

Intisari-Online.com -Masjid Agung bukan satu-satunya masjid peninggalan Mataram Islam yang ada di Yogyakarta.

Setidaknya ada beberapa masjid di Kota Pelajar itu yang dikaitkan dengan kerajaan yang didirikan oleh Panembahan Senopati.

Salah satunya adalah Masjid Sulthoni Wotgaleh yang berada di Kecamatan Brebah, Sleman, Yogyakarta.

Masjid Sulthoni Wotgaleh masih berdiri hingga kini.

Masjid ini berada di kawasan militer TNI Angkatan Udara, tepatnya di Mereden, Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Masjid Sulthoni Wotgaleh tidak hanya digunakan untuk beribadah.

Nasjid ini telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Bupati Kabupaten Sleman.

Tak heran jika masjid ini menjadi salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh para peziarah.

Khususnya setiap Senin Kliwon.

Di kompleks masjid ini terdapat makam Pangeran Puger, panglima perang Mataram Islam, yang juga salah satu putra Panembahan Senopati pendiri Mataram.

Sekadar informasi, Masjid Sulthoni Wotgaleh dibangun pada abad ke-17.

Sejak saat itu masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi.

Antara lain pada 1979, 2010, 2012, dan 2015.

Nama Wotgaleh sendiri berasal dari kata wot ing penggalih, yang artinya jembatan hati menuju ketenteraman.

Arsitekturnya mirip Masjid Agung Demak dan masuk dalam kategori bangunan cagar budaya bernuansa religi.

Oleh karena itu, setiap renovasi harus mendapat izin dari Pengageng Sriwandowo Keraton Yogyakarta, selaku pemilik, dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, sebagai pihak berwenang.

Sebagai bangunan cagar budaya, renovasi masjid tidak diperkenankan mengubah bentuk aslinya yang berbentuk limasan.

Di kawasan Masjid Wotgaleh terdapat Makam Pangeran Purbaya, putra Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam.

Pangeran Purbaya, yang memiliki nama kecil Raden Damar atau dikenal sebagai Joko Umbaran, adalah putra Panembahan Senopati dan Rara Lembayung, putri dari Ki Ageng Giring.

Pangeran Purbaya dikenal sebagai seorang putra raja yang pemberani dan dijuluki Banteng Mataram, karena kiprah hebatnya di medan perang melawan penjajah Belanda.

Konon, Pangeran Purbaya kebal terhadap senjata apa pun dan hanya dapat dilukai ketika terkena kotoran yang bersifat najis.

Pangeran Purbaya meninggal saat mempertahankan Keraton Plered dari serangan Karaeng Galesong dan Trunojoyo, yang memberontak pada 1677.

Biasanya, banyak peziarah datang untuk memperingati hari kelahiran dan kematian Pangeran Purbaya.

Selain makam keluarga Pangeran Purbaya, di sekitar Masjid Sulthoni Wotgaleh juga terdapat makam keluarga Sultan Hamengkubuwono II dan IV.

Alhasil, area masjid dan pemakaman ini pun tidak luput dari mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat setempat.

Adapun salah satu mitos paling terkenal tentang kawasan masjid ini adalah, jika ada pesawat yang melintasi kawasan masjid dan makam, pesawat itu akan jatuh.

Seperti diketahui, makam ini berada di sebelah selatan Bandara Adisucipto Yogyakarta.

Bahkan, burung pun bisa jatuh jika terbang di atasnya.

Insiden pesawat jatuh di dekat Masjid Sulthoni Wotgaleh pun telah terjadi beberapa kali.

Sampai saat ini, Makam Wotgaleh dikenal dengan kesakralannya.

Sehingga, pengunjung yang memasuki tempat ini dilarang melakukan hal-hal di luar etika dan norma.

Artikel Terkait