Intisari-online.com -Di trotoar jalan yang menghubungkan Solo dan Sukoharjo, kawasan Tanjunganom, Kabupaten Sukoharjo, terdapat sebuah makam kecil yang unik.
Makam ini adalah tempat peristirahatan terakhir kucing yang disayangi oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono X, yang bernama Nyai Sembro atau Nyai Tembong.
Nyai Tembong adalah kucing condromowo berwarna hitam.
Warna makamnya pun sama dengan warna kucingnya, yaitu hitam.
Di salah satu sisi nisan makamnya, ada tulisan aksara Jawa yang artinya "Klangenan Dalem Nyai Tembong" (Kesayangan Raja Nyai Tembong).
Makam Nyai Tembong menyimpan sejarah dan cerita yang menarik.
Menurut KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro, seorang pemerhati sejarah di Solo, Tanjunganom dulu adalah tempat pemakaman binatang-binatang kesayangan Raja Keraton Solo.
Selain kucing, ada juga kuda, burung dan lain-lain.
Raja yang suka memelihara binatang adalah Sri Sultan PB X, yang memerintah tahun 1893 sampai 1939.
Namun tidak ada catatan pasti kapan Nyai Tembong meninggal dan dibuatkan makamnya, karena di nisannya tidak ada tahun kematian dan tidak ada dokumen resmi yang menyebutkannya.
Makam Nyai Tembong juga memiliki cerita-cerita mistis dan mitos.
Baca Juga: Tak Semua Dimakamkan Di Sana, Ini Raja-raja Mataram Islam Yang Dimakamkan Di Kompleks Makam Imogiri
Konon, Nyai Tembong bisa membuat hewan yang dilihatnya menjadi lemas.
Kehadiran Nyai Tembong membuat lahan dan kandang bersih dari hama yang mengganggu.
Cerita mistis lainnya adalah ada pengendara lewat situ dan melihat ada penyeberang, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa.
Selain itu, makam ini juga sering dikunjungi warga saat musim tanam sawah.
Warga yang punya sawah memberi sesaji di situ, dengan harapan hama tikus tidak menyerang tanaman mereka.
Makam Nyai Tembong menunjukkan kasih sayang PB X terhadap hewan kesayangannya.
Makam ini juga menjadi saksi sejarah Mataram Islam dan kebudayaan Jawa.
Makam ini layak dilestarikan dan dihormati sebagai warisan budaya bangsa.
Pakubuwono X juga terkenal sebagai raja yang suka memelihara binatang, terutama kucing.
Ia memiliki tiga ekor kucing, dua berjenis Persia dan satu berjenis Siam.
Kucing Persia ini disebut sebagai jenis candramawa, yang diambil dari cerita dalam Serat Pustaka Raja Purwa karya Ronggowarsito.
Baca Juga: Namanya Serupa, Apa Yang Membedakan Mataram Islam Dengan Mataram Kuno?
Candramawa adalah istilah untuk menggambarkan kucing hitam dengan corak putih di kepala dan kaki.
Dalam cerita tersebut, diceritakan bahwa Dewa Candra (bulan) pernah menjelma sebagai kucing.
Pakubuwono X meninggal pada 20 Februari 1939 di Surakarta.
Ia dimakamkan di Astana Girimulya, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Pada tahun 2011, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pakubuwono X dihormati sebagai salah satu raja Jawa yang berjasa bagi bangsa Indonesia.
Received message.