Penciptanya adalah Mangkunegara IV.
Hal itu diperkuat dengan pernyataan Dhian Rohmawati dalam abstrak Skripsi-nya yang berjudul "Kajian Nilai Estetis Tari Bedhaya Bedhah Madiun Di Pura Mangkunegaran Surakarta".
Dia menulis begini:
"Tari Bedhaya Bedhah Madiun merupakan tarian yang dibuat berdasarkan cerita Panembahan Senopati Mataram yang menyerang ke daerah Madiun pada 1586 sampai 1601.
Pada akhirnya Panembahan Senopati Mataram melawan anak dari Adipati Madiun yang bernama Retno Dumilah.
Retno Dumilah kalah dan bersedia menjadi Istri Panembahan Senopati Mataram."
Masih dari sumber yang sama, Tari Bedhaya Bedhah Madiun atau Tari Bedaya Bedah Madiun ditarikan oleh tujuh orang penari putri.
Tujuh penari melambangkan tujuh kesempurnaan hidup: Khayu (hidup), Nur (cahaya), Roh (sukma), Sir (rasa), Nafsu (angkara), Akal (budi), dan Jasad (badan).
Sementara menurut Sriyadi dalam tulisannya di Nusantara Institute berjudul "Karakteristik Tari Bedhaya Bedhah Madiun D Pura Mangkunegaraan, Surakarta," tari ini juga bisa ditarikan oleh sembilan orang.
Dia juga menulis bahwa tari Bedhaya Bedhah Madiun merupakan repertoar tari gaya Yogyakarta yang berkembang di Mangkunegaran.
Ada beberapa faktor soal keberadaan tari Bedaya Bedha Madiun gaya Yogyakarta di Mangkunegaraan.
Salah satunya adalah upaya Mangkunegaran yang ingin merdeka dari Kraton Kasunanan Surakarta.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR