Intisari-online.com - Sebuah kabar mengatakan, baru-baru ini warga Malaysia sedang berebut air mineral di supermarket Penang.
Hal itu ternyata benar adanya, disebabkan oleh kemarau panjang dan mulai menyusutnya air di wilayah itu.
Sungai Muda adalah sungai terpanjang di Kedah, Malaysia, yang menjadi sumber utama pasokan air bagi wilayah Penang dan sekitarnya.
Namun, sungai ini mengalami penurunan paras air yang drastis akibat kesalahan sistem dan musim kemarau yang panjang.
Hal ini berdampak pada gangguan suplai air di beberapa kawasan di Penang dan Kedah, yang memicu kekhawatiran kelangkaan air minum.
Menurut laporan dari World Resources Institute (WRI), Malaysia termasuk salah satu dari 17 negara yang menghadapi tekanan ketersediaan air ekstrem.
Sekitar 1,7 miliar orang di dunia hidup dalam kondisi kekurangan air yang berisiko menyebabkan konflik, ketidakstabilan politik, dan pengungsian massal.
Pada tanggal 14 Mei 2023, terjadi insiden yang diduga terjadi di hulu Sungai Muda, Kedah, yang menyebabkan paras air mentah di muka sauk Lahar Tiang turun di bawah 1 meter (m), padahal normalnya di atas 2 m.
Akibatnya, Perbadanan Bekalan Air Pulau Pinang (PBAPP) tidak dapat mengambil air mentah dari Sungai Muda untuk disalurkan ke Loji Rawatan Air Sungai Dua (LRA), yang merupakan loji terbesar dan terpenting di Penang.
PBAPP mencoba menyalurkan air dari Empangan Mengkuang sebagai tindakan darurat.
Namun produksinya terbatas hanya 300 juta liter per hari (JLH), yang tidak cukup untuk menutupi kekurangan dari Sungai Muda.
Baca Juga: Patok Batas Indonesia-Malaysia dari Masa Penjajahan Hingga Kemerdekaan
Saat ini, produksi air bersih di LRA Sungai Dua terbatas hanya 600 JLH hingga 650 JLH, sampai PBAPP dapat melanjutkan operasi pengambilan air mentah dari Lahar Tiang.
PBAPP tidak yakin kapan pemulihan ini akan terjadi dan tidak dapat memastikan kapan layanan pasokan air di Penang akan sepenuhnya stabil untuk semua pengguna.
Karena tidak tahu pasti kapan paras air Sungai Muda akan pulih menjadi 2 m atau lebih tinggi.
Tim teknik PBAPP bekerja sepanjang waktu untuk mengoptimalkan operasi pengambilan air mentah di muka sauk Lahar Tiang dan operasi produksi air di LRA Sungai Dua.
Sementara itu, warga Malaysia yang khawatir akan kelangkaan air minum ramai-ramai menyerbu supermarket dan memborong air minum kemasan yang tersedia di rak.
Di media sosial juga memperlihatkan kekacauan dengan saling berebut dan antre panjang untuk mendapatkan air minum.
Selain itu, para pedagang juga mengeluhkan kesulitan menyediakan makanan tanpa air minum.
Perdana Menteri Chow Kon Yeow mengimbau warga Malaysia untuk bisa menghemat air dan menggunakan air secara bijak.
Sebab, air di empangan hanya mampu bertahan hingga 120 hari atau sekitar empat bulan ke depan.
Di sisi lain, Presiden Penang Water Watch, Dr Chan Ngai Weng menyerukan adanya kenaikan tarif demi mengendalikan pemborosan air.
"Penggunaan air harian per kapita Penang melonjak hingga di atas 300 liter tahun lalu. Itu tertinggi di negara ini. Tarif harus dinaikkan untuk mengendalikan pemborosan air," ujar dia.
Baca Juga: Apa yang Melatarbelakangi Sengketa Batas Wilayah Antara Indonesia dan Malaysia?
Chan juga menjelaskan bahwa pemerintah Malaysia sudah memiliki rencana untuk mengatasi masalah ini.
"Tidak benar Penang tidak memiliki masa depan untuk ketahanan air. Ada banyak rencana dan pihak pemerintah Penang telah berbicara dengan rekan-rekan mereka di Kedah secara damai," katanya.