Ia juga aktif sebagai jurnalis dan redaktur di beberapa media, seperti Neratja, Oetoesan Hindia, Medan Prijaji, dan Pewarta Deli.
Salah satu peran penting Agus Salim dalam perumusan pancasila adalah menolak Piagam Jakarta yang mengandung kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" sebagai bagian dari sila pertama.
Ia berpendapat bahwa kalimat tersebut akan menimbulkan diskriminasi terhadap warga negara yang bukan beragama Islam.
Ia juga menginginkan agar dasar negara Indonesia tidak hanya bersumber dari agama tertentu, tetapi juga dari nilai-nilai universal.
Akhirnya, setelah melalui perdebatan panjang, Piagam Jakarta direvisi menjadi Pancasila yang kita kenal sekarang.
Agus Salim berhasil membela hak-hak kaum minoritas dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Prestasi
Agus Salim juga memiliki prestasi di bidang diplomasi dan kefasihan berbahasa asing.
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-3 pada tahun 1947-1949.
Kemudian beliau juga pernah menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949.
Ia dikenal sebagai "The Grand Old Man" karena kemampuannya dalam bernegosiasi dan berdiplomasi dengan pihak-pihak asing.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR