Ketika Mataram Islam Merengek Minta Bantuan VOC Untuk Menumpas Pemberontakan Trunojoyo

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Mataram Islam, dalam hal ini Amangkurat II, harus meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Tapi dampaknya besar untuk Mataram.
Mataram Islam, dalam hal ini Amangkurat II, harus meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Tapi dampaknya besar untuk Mataram.

Mataram Islam, dalam hal ini Amangkurat II, harus meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Tapi dampaknya besar untuk Mataram.

Intisari-Online.com -Pemberontakan Trunojoyo bisa dibilang sebagai pemberontakan paling besar terhadap Mataram Islam.

Raja Mataram saat itu, Amangkurat I, bahkan sampai harus mengungsi jauh dari Keraton Pleret.

Untuk menumpas pemberontakan itu, Mataram Islam sampai harus membuat perjanjian dengan VOC.

Perjanjian itu dikenal sebagai Pernajian Jepara, kesepakatan antaraAmangkurat II dan VOC pada 1677.

Pemberontakan Trunojoyo dipicu oleh gaya pemerintahan Amangkurat I yang semena-mena dan pro-VOC.

Pada 1924, Pulau Madura ditaklukkan oleh Sultan Agung.

Ketika itu Sultan Agung menangkap seorang bangsawan Madura, Raden Prasena, yang kemudian dijadikan menantu dan penguasa wilayah Madura di bawah Kerajaan Mataram.

Raden Prasena menyandang gelar Panembahan Cakraningrat atau Cakraningrat I.

Setelah Sultan Agung wafat, kedudukannya digantikan oleh putranya, Prabu Amangkurat Agung atau Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I.

Amangkurat I memiliki gaya kepemimpinan yang sangat berbeda dengan ayahnya.

Ketika Sultan Agung berkuasa, ia selalu memerangi Belanda.

Namun, Amangkurat I justru bersikap sebaliknya, yakni mendekati Belanda untuk melindungi kepentingannya.

Tidak hanya itu, Amangkurat I juga bersikap semena-mena terhadap rakyat, yang membuat banyak orang merasa tidak puas dan akhirnya memberontak.

Bahkan, adik lelakinya, Pangeran Alit, juga memberontak kepada sang kakak pada 1648.

Cakraningrat I dan ayahnya, Demang Melayakusuma, diperintahkan untuk melawan pemberontakan Pangeran Alit, tetapi mereka tewas terbunuh saat bertugas.

Setelah itu, Madura dipimpin oleh Raden Undagan atau Cakraningrat II, adik Melayakusuma.

Beberapa tahun berselang, Pangeran Adipati Anom atau Raden Mas Rahmat, juga memberontak terhadap Amangkurat I, ayahnya sendiri.

Pangeran Adipati Anom memberontak setelah mendengar statusnya sebagai Putra Mahkota Mataram akan dicabut dan diganti oleh putra Amangkurat I yang lain.

Namun, Pangeran Adipati Anom tidak memberontak secara terbuka.

Ia secara sembunyi-sembunyi meminta bantuan dari Raden Kajoran, seorang imam dari Mataram, yang memperkenalkannya dengan Trunojoyo, cucu Cakraningrat I.

Pada 1670-an, Raden Trunojoyo melakukan pemberontakan terhadap Amangkurat I, yang dibantu oleh banyak pihak.

Puncak kemenangan Trunojoyo diraih pada pertengahan 1677, saat dirinya berhasil menduduki ibu kota Mataram di Plered hingga memaksa Amangkurat I yang sedang sakit menyingkir ke arah Cirebon untuk meminta bantuan kepada VOC.

Dalam pelariannya, Amangkurat I meninggal dan Pangeran Adipati Anom menjadi panik.

Sepeninggal ayahnya, Pangeran Adipati Anom menjadi penguasa Mataram dengan gelar Amangkurat II.

Setelah kemenangan para pemberontak di Plered, Pangeran Adipati Anom dan Pangeran Trunojoyo, yang sebelumnya bersekutu, justru terlibat konflik.

Akibatnya, Amangkurat II memilih untuk beralih ke pihak ayahnya dan meminta bantuan VOC untuk memadamkan perang Trunojoyo.

Amangkurat II dan VOC kemudian menandatangani perjanjian pada 1677, yang dikenal sebagai Perjanjian Jepara.

Isi Perjanjian Jepara

Dalam perjanjian ini, pihak VOC diwakili oleh COrnelis Janzoon Speelman, selaku utusan khusus Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Perjanjian Jepara menyebutkan bahwa daerah-daerah pesisir utara Jawa, mulai Karawang sampai ujung timur, digadaikan VOC sebagai jaminan biaya perang menumpas Trunojoyo.

Meski syarat yang diberikan VOC atas bantuannya sangat merugikan Mataram, Amangkurat II tetap menyetujuinya.

Isi dari perjanjian Jepara adalah sebagai berikut.

- Amangkurat II harus membayar tinggi kepada VOC

- Amangkurat II memberikan sebagian wilayahnya kepada VOC

- Amangkurat II menyerahkan daerah di pantai utara Jawa ke VOC jika Trunojoyo berhasil dikalahkan

Pada akhirnya, Trunojoyo berhasil dikalahkan dan Mataram kehilangan sebagian wilayahnya kepada VOC.

Artikel Terkait