Intisari-Online.com - Delapan jam kerja telah menjadi patokan waktu bekerja di seluruh perusahaan di seluruh dunia. Kita tahu, jam kerja itu adalah hasil dari perjuangan buruh dunia pada 1886. Tapi, menurut sebuah studi yang dilakukan pemerintah Swedia, waktu enam jam kerja lebih efekti dibanding delapan jam kerja.
Selama satu tahun penuh, para perawat di rumah pensiun Svartedalens, menjadi subjek eksperimen oleh pemerintah Swedia. Eksperimen ini terbilang positif dan menguntungkan, sebab para perawat hanya diwajibkan bekerja enam jam meski digaji delapan jam kerja.
Dan, percobaan tersebut ternyata memiliki hasil positif terhadap produktivitas para perawat. Sebab, 68 perawat yang menjadi subjek eksperimen, ternyata hanya mengambil cuti sakit setengah dari diluar kelompok percobaan. Selain itu, mereka hanya memiliki kecendrungan 2,9 kali mengambil cuti dalam periode dua minggu.
Bengt Lorentzon, peneliti dari proyek ini mengatakan bahwa para perawat mengaku lebih bahagia serta memiliki lebih banyak energi baik di tempat kerja maupun saat beristirahat. Para perawat juga lebih banyak beraktivitas dengan penghuni panti jompo.
Swedia sebenarnya telah mencoba memberlakukan kebijakan memotong jam kerja yang diperlakukan secara umum saat ini. Tetapi kebijakan tersebut dihapus karena kurangnya data yang mendukung. Di Inggris, sebuah survei pernah diadakan untuk melakukan pengurangan jam kerja, hasilnya: enam dari sepuluh atasan mendukung pengurangan jam kerja.
Namun, menurut associate professor of Human Resource Management di Marymont University, Pramila Rao; kebijakan enam jam kerja ini tidak dapat diterima oleh semua negara, karena banyak organisasi yang khawatir kalau produktivitas mungkin akan jatuh.
(Kompas.com)
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR