Intisari-online.com - Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Ia lahir dengan nama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin dan Nyai Rara Santang, putri dari Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Pajajaran.
Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut ilmu. Ia pernah belajar di Makkah, Mesir, Aceh, dan Surabaya.
Ia juga berguru pada Sunan Ampel, salah satu wali songo lainnya.
Pada tahun 1470 Masehi, Sunan Gunung Jati tiba di Cirebon dan diminta oleh Sunan Ampel untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.
Ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung dan mendirikan pesantren.
Kemudian juga menikahi Nyai Ratu Pakungwati, putri dari Pangeran Cakrabuana, penguasa Cirebon saat itu.
Dengan demikian, ia menjadi Tumenggung Cirebon ke-2 dengan gelar Maulana Jati.
Sunan Gunung Jati tidak hanya berdakwah di Cirebon, tetapi juga di daerah-daerah lain seperti Majalengka, Kuningan, Kawali, Sunda Kelapa, dan Banten.
Ia menggunakan metode dakwah yang sesuai dengan budaya dan adat setempat.
Lalu, juga membangun masjid-masjid, makam-makam, dan situs-situs bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan dan pengabdiannya.
Salah satu kisah heroik Sunan Gunung Jati adalah ketika ia menaklukkan Sunda Kelapa pada tahun 1527 Masehi.
Sunda Kelapa adalah pelabuhan penting yang menjadi pusat perdagangan antara Kerajaan Pajajaran dengan bangsa-bangsa asing seperti Portugis, Arab, India, dan Tiongkok.
Sunan Gunung Jati melihat peluang untuk menyebarkan agama Islam di sana dan mengajak Kesultanan Demak untuk membantu misinya.
Sunan Gunung Jati memimpin pasukan gabungan dari Cirebon dan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah, panglima perang Demak.
Mereka berhasil mengalahkan pasukan Pajajaran yang dipimpin oleh Arya Wiralodra dan menguasai Sunda Kelapa.
Sunan Gunung Jati kemudian mengubah nama pelabuhan tersebut menjadi Jayakarta, yang berarti kota kemenangan.
Kisah heroik Sunan Gunung Jati lainnya adalah ketika ia mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1552 Masehi.
Setelah menaklukkan Sunda Kelapa, Sunan Gunung Jati melanjutkan perjalanan ke Banten, sebuah daerah yang masih berada di bawah kekuasaan Pajajaran.
Ia berhasil mengislamkan raja Banten yang bernama Pangeran Ratu dan menobatkannya sebagai Sultan Maulana Hasanuddin, putra dan penerusnya.
Sunan Gunung Jati kemudian membangun ibu kota Kesultanan Banten di Banten Lama dan membangun Masjid Agung Banten sebagai pusat kegiatan keagamaan.
Ia juga memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Lampung dan Palembang. Ia menjadikan Kesultanan Banten sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Nusantara.
Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1568 Masehi di usia 120 tahun.
Dia dimakamkan di Astana Gunung Sembung, Cirebon.
Makamnya menjadi tempat ziarah bagi banyak orang yang menghormati jasanya.