Intisari-online.com - Jika berbicara tentang penjajahan di Indonesia, banyak cerita tentang kehadiran para penjajah di Nusantara.
Namun, cukup sedikit diulas tentang jejak Belanda di Kalimantan.
Nah, kali ini Intisari Online akan membahas jejak-jejak penjajahan Belanda di bumi Borneo, tepatnya di Kalimantan Selatan.
Ternyata d Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang juga memiliki sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Salah satu saksi bisu dari perlawanan rakyat Banjar adalah Benteng Madang, sebuah benteng yang dibangun di atas gunung Madang, bagian dari Pegunungan Meratus.
Benteng ini menjadi tempat pertahanan dan persembunyian para pejuang yang tidak mau tunduk pada kekuasaan Belanda.
Benteng Madang terletak di Desa Madang, Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jarak dari kota Kandangan ke lokasi Benteng Madang sekitar 8 km.
Untuk mencapai puncak benteng, pengunjung harus menapaki sekitar 400 anak tangga.
Uniknya, benteng ini dikelilingi oleh dinding pertahanan dari kayu yang masih terawat hingga kini. Masyarakat sekitar menyebutnya Benteng Kayu Madang.
Benteng ini dibangun sekitar tahun 1859, ketika pecah Perang Banjar (1859-1863), sebuah pemberontakan melawan Belanda yang dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Salah satu tokoh pejuang yang berperan penting dalam mempertahankan benteng ini adalah Demang Lehman Madang, seorang panglima perang yang berasal dari Desa Madang.
Baca Juga: Di Indonesia Dianggap Penjahat Kejam, Di Belanda Dapat Bintang Jasa, Begitulah Nasib Willem Daendels
Ia bersama dengan Kiai Langlang dan Haji Buyasin berhasil menguasai benteng ini dan menghabisi pasukan Belanda yang berada di dalamnya.
Benteng Madang memiliki luas wilayah sekitar 400 m2 dan dikelilingi oleh semak belukar yang sangat padat.
Dari atas benteng, pengunjung dapat melihat pemandangan kota Kandangan dan sungai Amandit.
Benteng ini juga dilengkapi dengan beberapa meriam dan lubang tembak yang digunakan untuk menyerang musuh yang mendekat.
Di dalam benteng, terdapat beberapa bangunan seperti rumah panglima, gudang senjata, dapur, dan sumur.
Benteng Madang merupakan salah satu cagar budaya yang harus dilestarikan dan dijaga keasliannya.
Benteng ini menjadi bukti dari semangat juang rakyat Kalimantan Selatan dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajah asing.
Selain Benteng Madang, terdapat beberapa benteng lain yang menjadi saksi sejarah perlawanan rakyat Kalimantan Selatan melawan Belanda.
Salah satunya adalah Benteng Tabanio, yang terletak di Desa Tabanio, Kabupaten Tanah Laut. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng Belanda yang berdiri di Pulau Kalimantan.
Benteng Tabanio dibangun pada tahun 1779 berdasarkan perjanjian antara VOC dan Sultan Banjar.
Benteng ini berbentuk segi empat tidak beraturan dengan bastion bundar di setiap sudutnya.
Pintu gerbang menghadap ke laut dan temboknya cukup tinggi. Benteng ini digunakan sebagai basis pertahanan dan perdagangan Belanda di Kalimantan Selatan.
Benteng Tabanio sempat dikuasai oleh pejuang Banjar pada tahun 1859, namun berhasil direbut kembali oleh Belanda pada bulan Agustus tahun yang sama.
Benteng ini kemudian ditinggalkan oleh Belanda pada tahun 1854 dan dipindahkan ke Pelaihari.
Saat ini, benteng ini masih berdiri meski sudah banyak yang rusak dan ditumbuhi semak belukar.
Benteng Tabanio juga merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan dan dijaga keasliannya. Benteng ini menjadi bukti dari jejak sejarah Belanda di Kalimantan Selatan.
Benteng ini juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari.