Ini alasan munculnya tradisi Sasi di beberapa tempat di wilayah Indonesia Timur, salah satunya di Maluku.
Intisari-Online.com -Soal sejarah Kelas X: Mengapa terdapat tradisi Sasi?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sebaiknya kita membaca teks di bawah:
Tradisi Sasi: Menjaga Keberlanjutan Kehidupan
Sasi adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat adat di Maluku dan Papuat Barat untuk melindungi dan mengelola sumber daya alam di darat dan laut.
Sasi berarti larangan atau sanksi. Sasi juga dapat dipahami sebagai larangan untuk mengambil sumber daya alam dalam jangka waktu tertentu sehingga terjaga keberlanjutannya.
Bagi masyarakat yang tinggal di laut maupun dekat lautan dan sungai, mereka memeliki ketergantungan yang tinggi dengan sumber daya laut dan sungai sehingga mereka menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan.
Sejarah tradisi Sasi diyakini telah berlangsung sejak dahulu kala yang dilakukan antara masyarakat adat kampung, kepala adat, dan tokoh masyarakat.
Terdapat berbagai macam aturan dalam prakti Sasi.
Misalnya: pada Sasi Lompa masyarakat Pulau Haruku, Maluku Tengah, yang telah dipraktikkan sejak abad ke-16.
Sasi ini mengatur kapan ikan lompa bisa dipanen oleh masyarakat. Ikan lompa adalah sejenis ikan sarden yang terdapat di laut sekitar Pulau Haruku. Jika ada yang melanggar dengan mengambil ikan di luar waktu yang telah ditentukan, maka akan mendapatkan sanksi moral dan sosial.
Tujuan dari Sasi Lompa adalah menjaga agar ikan dapat berkembang biak dan tidak punah sehingga masyarakat dapat terus menikmatinya.
Pada zaman dahulu, Sasi lompa dapat dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam setahun tetapi sekarang hanya setahun sekali. Tradisi Sasi dapat diartikan sebagai norma. Hampir semua masyarakat selalu memiliki norma.
Berdasarkan KBBI norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima.
Praktik tradisi Sasi dilakukan secara turun-menurun sebagai konservasi sumber daya alam di wilayah Kepulauan Maluku—baik di Halmahera, Haruku, Ternate, Buru, Seram, Ambon, Kepulauan Lease, Watubela, Banda, Kepulauan Kei, Aru dan Kepulauan Barat Daya, serta Kepulauan Tenggara di bagian barat daya Maluku.
Selain itu, tradisi ini juga terdapat di wilayah Papua Barat yaitu Raja Ampat, Sorong, Manokwari, Nabire, Biak dan Numfor, Yapen, Waropen, Sarmi, Kaimana, dan Fakfak.
Pertanyaan:
Mengapa terdapat tradisi Sasi?
Tradisi Sasi merupakan tradisi masyarakat adat Maluku yang diwariskan oleh nenek moyang sejak berabad-abad lalu.
Dua Prinsip
Adat Sasi dilakukan karena dua prinsip, pertama bahwa hasil alam tidak boleh disentuh atau dimanfaatkan ketika belum layak digunakan.
Kedua untuk memberikan kepuasan dari hasil usaha sendiri.
Mengapa Terdapat Tradisi Sasi?
Adanya tradisi Sasi juga sebagai wujud pelestarian alam dan menjaga populasi.
Pada mulanya adat sasi dilakukan oleh raja-raja Maluku pada zaman sebelum kemerdekaan.
Pada saat masuknya agama di Maluku baik itu Islam dan Kristen, adat sasi dipegang teguh oleh para penanggung jawab masjid, dan para penjaga gereja.
Sejarah tradisi Sasi diyakini telah berlangsung sejak dahulu kala yang dilakukan antara masyarakat adat/kampung, kepala adat, dan tokoh masyarakat.
Terdapat berbagai macam aturan dalam praktik Sasi, misalnya: pada Sasi Lompa masyarakat Pulau Haruku, Maluku Tengah, yang telah dipraktikkan sejak abad ke-16.
Sasi ini mengatur kapan ikan lompa bisa dipanen oleh masyarakat.
Ikan lompa adalah sejenis ikan sarden yang terdapat di laut sekitar Pulau Haruku.
Jika ada yang melanggar dengan mengambil ikan di luar waktu yang telah ditentukan, maka akan mendapatkan sanksi moral dan sosial.
Tujuan dari Sasi Lompa adalah menjaga agar ikan dapat berkembang biak dan tidak punah sehingga masyarakat dapat terus menikmatinya.
Pada zaman dahulu, Sasi lompa dapat dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam setahun tetapi sekarang hanya setahun sekali.
Manfaat Tradisi Sasi bagi Kehidupan
Peranan Sasi adalah sebagai wadah pengamanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
Tradisi Sasi juga sekaligus dapat mendidik dan membentuk sikap dan perilaku masyarakat yang merupakan suatu upaya untuk memelihara tata krama hidup bermasyarakat.
Hal itu termasuk upaya pemerataan dan pembagian pendapatan dari sumber daya alam kepada seluruh masyarakat bumi.