Ketika melakukan penelitian sejarah, untuk menafsirkan makna sosial dan menganalisis sebuah peristiwa sejarah, diperlukan teori-teori sosial lain.
Intisari-Online.com -Untuk memperkaya pemahaman kita tentang hubungan sejarah dan teori sosial, perhatikan kisah inspiratif di bawah ini.
Tradisi Sasi: Menjaga Keberlanjutan Kehidupan
Sasi adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat adat di Maluku dan Papuat Barat untuk melindungi dan mengelola sumber daya alam di darat dan laut.
Sasi berarti larangan atau sanksi. Sasi juga dapat dipahami sebagai larangan untuk mengambil sumber daya alam dalam jangka waktu tertentu sehingga terjaga keberlanjutannya.
Bagi masyarakat yang tinggal di laut maupun dekat lautan dan sungai, mereka memeliki ketergantungan yang tinggi dengan sumber daya laut dan sungai sehingga mereka menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan.
Sejarah tradisi Sasi diyakini telah berlangsung sejak dahulu kala yang dilakukan antara masyarakat adat kampung, kepala adat, dan tokoh masyarakat.
Terdapat berbagai macam aturan dalam prakti Sasi.
Misalnya: pada Sasi Lompa masyarakat Pulau Haruku, Maluku Tengah, yang telah dipraktikkan sejak abad ke-16.
Sasi ini mengatur kapan ikan lompa bisa dipanen oleh masyarakat. Ikan lompa adalah sejenis ikan sarden yang terdapat di laut sekitar Pulau Haruku. Jika ada yang melanggar dengan mengambil ikan di luar waktu yang telah ditentukan, maka akan mendapatkan sanksi moral dan sosial.
Tujuan dari Sasi Lompa adalah menjaga agar ikan dapat berkembang biak dan tidak punah sehingga masyarakat dapat terus menikmatinya.
Pada zaman dahulu, Sasi lompa dapat dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam setahun tetapi sekarang hanya setahun sekali. Tradisi Sasi dapat diartikan sebagai norma. Hampir semua masyarakat selalu memiliki norma.
Berdasarkan KBBI norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima.
Praktik tradisi Sasi dilakukan secara turun-menurun sebagai konservasi sumber daya alam di wilayah Kepulauan Maluku—baik di Halmahera, Haruku, Ternate, Buru, Seram, Ambon, Kepulauan Lease, Watubela, Banda, Kepulauan Kei, Aru dan Kepulauan Barat Daya, serta Kepulauan Tenggara di bagian barat daya Maluku.
Selain itu, tradisi ini juga terdapat di wilayah Papua Barat yaitu Raja Ampat, Sorong, Manokwari, Nabire, Biak dan Numfor, Yapen, Waropen, Sarmi, Kaimana, dan Fakfak.
Dari teks di atas, jelaskan bagaimana sejarah tradisi Sasi!
Tradisi Sasi dipercara sudah berlangsung sejak dulu kala oleh masyarakat di Maluku dan Papua Barat. Tradisi ini melibatkan masyarakat adat, kepala adat, dan tokoh masyarakat.
Ada beberapa aturan dalam tradisi Sasi, termasuk Sasi Lompa yang dilakukan masyarakat Pulau Haruku, Maluku Tengah, sejak abad ke-16.
Tradisi ini mengatur kapan ikan lompa bisa dipanen atau ditangkap oleh masyarakat. Ikan lompa merupakan jenis ikan sarden yang ada di sekitar perairan Laut Haruku.
Pada zaman dahulu, Sasi lompa dapat dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam setahun tetapi sekarang hanya setahun sekali. Tradisi Sasi dapat diartikan sebagai norma. Hampir semua masyarakat selalu memiliki norma.
Praktik tradisi Sasi dilakukan secara turun-menurun sebagai konservasi sumber daya alam di wilayah Kepulauan Maluku—baik di Halmahera, Haruku, Ternate, Buru, Seram, Ambon, Kepulauan Lease, Watubela, Banda, Kepulauan Kei, Aru dan Kepulauan Barat Daya, serta Kepulauan Tenggara di bagian barat daya Maluku.
Selain itu, tradisi ini juga terdapat di wilayah Papua Barat yaitu Raja Ampat, Sorong, Manokwari, Nabire, Biak dan Numfor, Yapen, Waropen, Sarmi, Kaimana, dan Fakfak.