Dari Teks Berikut, Analisi Kondisi Sinkronis Pada Masa Itu Terhadap Perempuan

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Kedudukan perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh hukum adat serta tradisi yang berkembang di Indonesia.
Kedudukan perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh hukum adat serta tradisi yang berkembang di Indonesia.

e

Bagaimana cara berpikir singkronik dalam penelitian sejarah?

Intisari-Online.com -Bagaimana cara berpikir sinkronis dalam ilmu sejarah?

Apakah yang dimaksud dengan sinkronis? Sinkronis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “synchronous” yang berarti terjadi secara bersamaan.

Ilmu sejarah memanjang dalam waktu sekaligus juga melebar dalam ruang. Sinkronis dalam ilmu sejarah merujuk pada ruang tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang menjelaskan tentang situasi dan kondisi (konteks) suatu masyarakat, sebab-akibat, dan korelasi (pola hubungan) atas suatu peristiwa.

Situasi dan kondisi yang dimaksud dapat berupa kondisi ekonomi, seperti kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat; atau mengacu pada profesinya, misalnya sebagai pedagang, petani, dan lain-lain. Kondisi atau konteksnya juga dapat berupa kondisi geografis, misalnya keadaan alam dan sumber daya alamnya, situasi dan kondisi budaya, suku dan tradisi suatu masyarakat, atau situasi dan kondisi sosial tentang keragaman sosial masyarakat yang dapat dilihat dari pelapisan sosial maupun diferensiasi sosialnya.

Meskipun ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya sama-sama bersifat sinkronis dan diakronis, keduanya memiliki kecenderungan berbeda.

Berpikir sinkronis dalam belajar sejarah mendorong kalian untuk menjelaskan secara terperinci mengenai konteks (situasi dan kondisi) suatu masyarakat, hubungan sebab-akibat, hubungan (korelasi) antarfaktor.

Adapun maksud dari penjelasan, situasi dan kondisi (konteks) dapat kalian jelaskan berdasarkan kondisi ekonomi, adat-istiadat, struktur sosial, komposisi penduduk, kondisi politik, dan aspek-aspek lainnya.

Dari teks berikut, analisi kondisi sinkronik pada masa itu terhadap perempuan:

Perempuan Bicara dalam Majalah Dunia Wanita: Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga di Indonesia, 1950-an

Artikel ini disarikan dari penelitian Ningrum (2018) tentang suara dan pendapat perempuan terkait kesetaraan gender dan rumah tangga di Indonesia pada tahun 1950-an yang dimuat di majalah Dunia Wanita.

Penelitian ini menggunakan sumber sejarah dari tulisan, karikatur, dan opini yang dimuat di majalah Dunia Wanita serta sumber pendukung lainnya.

Majalah Dunia Wanita didirikan di Medan pada tahun 1949 oleh Ani Idrus, seorang aktivis dan jurnalis perempuan. Dia lahir di Sawah Lunto dari keluarga campuran Minang-Jawa.

Ketika beranjak remaja, ia meneruskan pendidikan di Kota Medan. Aktif dalam berbagai organisasi dan berkarir menjadi jurnalis, Ani menaruh perhatian pada berbagai masalah perempuan.

Untuk mendorong emansipasi, dia mendirikan majalah Dunia Wanita. Ibu negara Fatmawati dan Rahmi Hatta, istri dari Bung Hatta, termasuk pendukung keberadaan majalah tersebut.

Walaupun majalah tentang wanita, Dunia Wanita juga mengundang penulis laki-laki untuk menyuarakan pemikiran mereka.

Pokok-pokok pemikiran yang diterbitkan pada majalah Dunia Wanita membahas tentang berbagai masalah sosial, politik, ekonomi, kesehatan, menjahit, pendidikan dan urusan rumah tangga.

Salah satu hal yang banyak disuarakan di majalah ini pada tahun 1950-an adalah tentang pembagian kerja di rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga bukan hanya dikerjakan dan dilakukan oleh perempuan melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama dengan laki-laki.

Dengan kata lain, peran perempuan menjadi bagian penting dalam berkemajuan.

Sumber:

Ningrum, S. U. D. (2018). Perempuan Bicara dalam Majalah Dunia Wanita: Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga di Indonesia, 1950-an. Lembaran Sejarah, 14(2), 194-215.

Kondisi sinkronik dari teks di atas adalah:

- Rumah tangga Indonesia

- Ani Idrus tertarik pada masalah perempuan setelah aktif dalam berbagai organisasi dan berkarier sebagai jurnalis

- Perempuan punya peran penting dalam kemajuan

- Kesetaraan gender di era 1950-an

- Pekerjaan rumah tangga juga menjadi tanggung jawab laki-laki

Artikel Terkait