Ketika Ramadhan Memberikan Pengaruh Kehidupan Politik dan Ekonomi Mataram Islam, Ada Pertistiwa Besar Terjadi

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Mataram Islam Pada Bulan Ramadhan.
Ilustrasi - Mataram Islam Pada Bulan Ramadhan.

Intisari-online.com - Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Nusantara.

Bulan ini merupakan bulan penuh berkah, ampunan, dan kebaikan.

Selama Ramadhan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa dari fajar hingga maghrib, serta meningkatkan ibadah dan amal shaleh lainnya.

Namun, Ramadhan tidak hanya berdampak pada aspek keagamaan saja, melainkan juga pada aspek politik dan ekonomi.

Hal ini dapat dilihat dari sejarah Kerajaan Mataram Islam, salah satu kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa yang berdiri pada abad ke-16 hingga abad ke-18.

Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati pada tahun 1586.

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Agung (1613-1645), yang berhasil menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, serta memerangi VOC di Batavia.

Kerajaan ini kemudian mengalami kemunduran dan pecah menjadi dua wilayah pada tahun 1755, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Dalam sejarahnya, Ramadhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan politik dan ekonomi Mataram Islam. Berikut adalah beberapa contohnya:

Ramadhan sebagai momentum perjuangan politik

Ramadhan sering dimanfaatkan oleh para pemimpin Mataram Islam sebagai momentum untuk melakukan perjuangan politik, baik dalam skala internal maupun eksternal.

Baca Juga: Usai Sahur Langsung Perang: Kisah Perlawanan Rakyat Sumatera Selatan Mempertahankan Kemerdekaan Pada Bulan Ramadhan

Misalnya, pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung melancarkan dua kali serangan besar-besaran terhadap Batavia, pusat VOC di Nusantara.

Serangan ini dilakukan pada bulan Ramadhan dengan harapan mendapatkan kemenangan dan keberkahan dari Allah.

Sayangnya, serangan ini gagal karena VOC memiliki pertahanan yang kuat dan persenjataan yang canggih.

Selain itu, pasukan Mataram juga mengalami kesulitan logistik dan kesehatan akibat berpuasa di tengah medan perang yang panas dan berdebu.

Meskipun demikian, serangan ini menunjukkan semangat juang dan keberanian Mataram dalam menghadapi penjajah asing.

Selain itu, pada tahun 1677, Sunan Amral (Amangkurat II) berhasil melarikan diri dari Plered, ibu kota Mataram yang diserang oleh pemberontak Trunojoyo.

Sunan Amral melarikan diri bersama keluarganya dan beberapa pengikut setianya pada malam 27 Ramadhan dengan menyeberangi Sungai Opak.

Ia kemudian mencari perlindungan dari VOC di Batavia.

Keputusan Sunan Amral ini sangat kontroversial karena ia dianggap sebagai pengkhianat yang bersekutu dengan musuh Islam.

Namun, ia berdalih bahwa ia hanya ingin menyelamatkan diri dan kerajaannya dari ancaman Trunojoyo yang telah merebut sebagian besar wilayah Mataram.

Ia juga berharap dapat memperoleh bantuan militer dari VOC untuk merebut kembali tahtanya.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Semarang 2023, Komplet Hingga 30 Ramadhan

Ramadhan sebagai sarana peningkatan ekonomi

Ramadhan juga memiliki pengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi Mataram Islam.

Hal ini karena bulan suci ini meningkatkan permintaan akan berbagai barang dan jasa yang berkaitan dengan ibadah dan tradisi Ramadhan.

Misalnya, permintaan akan makanan, minuman, pakaian.

Ramadhan juga memiliki pengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi Mataram Islam.

Hal ini karena bulan suci ini meningkatkan permintaan akan berbagai barang dan jasa yang berkaitan dengan ibadah dan tradisi Ramadhan.

Misalnya, permintaan akan makanan, minuman, pakaian, perhiasan, parfum, dan lain-lain yang digunakan untuk berbuka puasa, sahur, shalat tarawih, dan hari raya Idul Fitri.

Untuk memenuhi permintaan tersebut, para pedagang dan pengusaha Mataram Islam berusaha meningkatkan produksi dan distribusi barang-barang tersebut.

Mereka juga memanfaatkan peluang pasar dengan menawarkan berbagai promo dan diskon untuk menarik konsumen. Selain itu, mereka juga berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan selera dan kebutuhan masyarakat.

Salah satu contoh produk baru yang muncul pada masa Mataram Islam adalah uang kertas.

Uang kertas ini pertama kali dicetak oleh Sunan Amral pada tahun 1678 sebagai solusi atas krisis uang logam yang disebabkan oleh perang saudara dan pemberontakan Trunojoyo.

Baca Juga: Ibu-ibu Full Ceria, Berikut Daftar Bansos yang Bakal Cair Selama Ramadhan, Lumayan 750 Ribu!

Uang kertas ini memiliki nilai nominal yang bervariasi, mulai dari 1 keping hingga 1000 keping.

Uang kertas ini digunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan di wilayah Mataram Islam.

Namun, uang kertas ini juga memiliki kelemahan, yaitu mudah rusak dan tidak memiliki nilai intrinsik.

Oleh karena itu, uang kertas ini tidak diterima oleh VOC dan kerajaan-kerajaan lain di luar Mataram. Uang kertas ini akhirnya ditarik dari peredaran pada tahun 1681.

Selain uang kertas, produk baru lain yang berkembang pada masa Mataram Islam adalah batik. Batik adalah seni menghias kain dengan menggunakan malam (lilin) sebagai pewarna.

Batik mulai dikenal di Jawa sejak abad ke-13, namun baru mencapai puncak kepopulerannya pada masa Mataram Islam.

Hal ini karena batik menjadi salah satu simbol identitas dan status sosial masyarakat Mataram.

Batik dibuat oleh para pengrajin yang disebut mbatik atau mbatiker. Mereka biasanya berasal dari kalangan rakyat biasa atau priyayi rendahan.

Mereka membuat motif-motif batik yang bervariasi, mulai dari motif geometris, flora, fauna, hingga motif-motif Islam seperti kaligrafi atau tumbuhan-tumbuhan yang disebut dengan sebutir (seperti cengkeh atau kapas).

Batik diproduksi secara massal untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Batik dijual di pasar-pasar besar seperti Pasar Gede di Solo atau Pasar Beringharjo di Yogyakarta.

Batik juga menjadi salah satu komoditas ekspor yang diminati oleh pedagang asing dari Eropa, Timur Tengah, India, atau Cina. Batik menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Mataram Islam.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ramadhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan politik dan ekonomi Mataram Islam.

Artikel Terkait