Intisari-Online.com -Kisah Nabi Ayub AS yang begitu sabar saat diuji dengan penyakit yang tak kunjung sembuh.
Nabi Ayub diutus Allah untuk berdakwah kepada penduduk Hauran dan Tih, di wilayah tempat kelahirannya.
Nabi Ayub AS dikenal sebagai orang yang pandai, sopan, bijaksana, dermawan, dan suka menolong orang-orang yang membutuhkan.
Beliau juga dikenal memiliki kepribadian yang menawan, pandai bersyukur, dan senantiasa menghiasi lisannya dengan zikir.
la tidak pernah meninggalkan perintah Allah SWT.
Hal tersebut membuat iblis iri hingga meminta izin pada Alalh untuk menguji kesabaran dan ketaatan Nabi Ayub.
Allah pun mengabulkan permintaan iblis.
Oleh rencana iblis, Nabi Ayub AS dengan penyakit yang tak kunjung sembuh.
Semakin hari, penyakit Nabi Ayub semakin parah hingga akhirnya hanya bisa berbaring dan melaksanakan kegiatannya di atas tempat tidur.
Semua kebutuhannya dipenuhi oleh istrinya yang setia.
Pada awalnya, masyarakat bersimpati, namun karena penyakit Nabi Ayub semakin parah, mereka mulai menjauh dan mengucilkannya.
Bahkan, warga mulai meminta Nabi Ayub dan istrinya pergi karena khawatir penyakit yang diderita Nabi Ayub menular.
Hanya istrinya, Siti Rahma, yang senantiasa mendampingi Nabi Ayub dalam suka dan duka.
Keduanya pun akhirnya meninggalkan tempat tinggal mereka.
Namun, hari demi hari, penyakit Nabi Ayub bertambah parah.
Siti Rahmah tidak tahan menyaksikan suaminya sangat menderita.
la berkata, “Wahai suamiku, mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk kesembuhanmu? Aku tidak tega melihatmu dalam keadaan yang seperti ini.”
Nabi Ayub menolak sambil berkata,”Wahai istriku, aku malu kepada Allah untuk meminta kesembuhan, sedangkan Allah telah melimpahkan kesehatan
yang lebih lama dari sakitku ini.” Nabi Ayub pun kemudian tetap beribadah kepada Allah meskipun dalam keadaan yang sangat payah.
Iblis semakin geram dengan kesabaran Nabi Ayub.
Dengan tipu muslihatnya, iblis menggoda Siti Rahma agar meninggalkan Nabi Ayub yang seolah sudah tidak ada harapan lagi.
Iblis hampir berhasil membuat Siti Rahma berpikir untuk meninggalkan Nabi Ayub saat keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan suaminya.
Ketika memanggil istrinya beberapa kali, Nabi Ayub tidak mendengar jawaban dari istrinya tersebut.
Nabi Ayub pun berpikir bahwa istrinya telah meninggalkannya.
la pun berjanji bahwa jika istrinya kembali, ia akan mencambuknya hingga seratus kali.
Nabi Ayub berdoa kepada Allah untuk memohon kesembuhan.
Allah mengabulkan doanya dan berfirman, “Hantamkanlah kakimu ke tanah.”
Nabi Ayub menghantamkan kakinya ke tanah. Keluarlah air yang sangat segar.
Nabi Ayub pun kemudian mandi dan minum air tersebut.
Tidak berapa lama kemudian, Nabi Ayub merasa sehat kembali.
Penyakit kulit yang dideritanya telah sembuh, bahkan wajahnya terlihat semakin tampan dan gagah.
Tak berapa lama, istrinya kembali dan mencoba untuk menemukan suaminya.
Alangkah kaget Siti Rahma karena yang berada di rumahnya adalah seorang laki-laki yang tidak dikenal. la pun bertanya, “Siapa kamu? Di mana suamiku?”
Nabi Ayub kemudian menjawab, “Akulah suamimu. Allah telah menyembuhkan penyakitku.”
Siti Rahma tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Akan tetapi, ia bahagia dengan keadaan suaminya yang sekarang.
la pun kemudian berlari dan menjatuhkan diri di hadapan suaminya untuk meminta maaf.
la merasa bersalah karena sempat berniat untuk meninggalkan suaminya.
Nabi Ayub memaafkan kesalahannya.
Karena telah berjanji untuk mencambuk istrinya yang telah kembali, ia pun memberitahukan perihal tersebut kepada istrinya.
Siti Rahma ternyata tidak keberatan untuk menerima hukuman tersebut.
Sebelum Nabi Ayub menghukum istrinya, Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk mencambuknya dengan seratus helai rumput.
Allah memberikan imbalan terhadap sikap sabar dan tabah Nabi Ayub dalam menghadapi ujian.
Allah kemudian mengembalikan kekayaan Nabi Ayub karena keuletannya bekerja.
Meski telah menjadi kaya kembali, Nabi Ayub tetap baik hati dan suka menolong.
Nabi Ayub ditemani sang istri terus melanjutkan dakwah menyebarkan ajaran Allah.
(*)