Intisari-Online.com -Hari raya nyepi tahun 2023 jatuh pada hari Rabu, 22 Maret 2023.
Hari raya nyepi merupakan hari libur nasional yang diperingati oleh umat Hindu sebagai tahun baru Saka.
Selain itu, ada juga cuti bersama yang diberikan sehari setelah perayaan nyepi, yaitu pada Kamis, 23 Maret 2023.
Cuti bersama ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi umat Hindu untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga setelah menjalani ritual catur brata penyepian.
Namun, tahukah Anda bahwa ternyata hari raya Nyepi tidak hanya memberi dampak untuk Umat Hindu?
Sejarah Nyepi
Dilansir dari kompas.com, Selasa (21/3/2023), sejarah hari raya nyepi berasal dari zaman India kuno, yang digambarkan sering terjadi konflik sosial dan fisik yang berkepanjangan.
Pada masa itu, terdapat suku seperti Saka (Scythia), Yueh-ci (Tiongkok), Yavana (Yunani), Malava (India), dan Pahlava (Parthta).
Suku Saka berhasil mengalahkan dan menyatukan suku-suku lain di bawah pimpinan Raja Kaniskha I dari Dinasti Kushana.
Raja Kaniskha I kemudian menetapkan sistem kalender Saka yang digunakan sebagai kalender kerajaan pada tahun 78 Masehi.
Kalender Saka selanjutnya berkembang dengan baik mengikuti persebaran agama Hindu dan setiap peringatan tahun Saka memiliki makna kesatuan, kedamaian, kerukunan, dan keberhasilan.
Di Bali, tahun Saka diperkenalkan oleh Aji Saka yang merupakan pendeta Kshatrapa Gujarat dari suku Saka.
Hari raya nyepi sendiri merupakan hari raya yang dilaksanakan setiap tahun baru Saka.
Nyepi bermakna untuk mengadakan pengendalian diri melalui pelaksanaan ritual catur brata penyepian.
Tujuan Nyepi adalah agar umat Hindu Bali bisa leluasa untuk introspeksi diri dan memohon kepada Tuhan untuk melakukan penyucian terhadap Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam semesta).
Hari raya Nyepi tak hanya untuk umat Hindu
Saat merayakan Nyepi, seperti dilansir darikompas.com, Selasa (21/3/2023), umat Hindu akan melaksanakan ritual catur brata penyepian, yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak keluar rumah), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Selain itu, umat Hindu juga akan melakukan introspeksi diri dan memohon kepada Tuhan untuk melakukan penyucian terhadap Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam semesta).
Hal lain yang dilakukan adalah shamadi (meditasi) dan memuja Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk memohon ilham-ilham dan petunjuk-Nya dalam upaya mengarungi lembaran hidup baru di tahun Saka yang baru.
Nah, siapa sangka jika apa yang dilakukan umat Hindu di Bali saat Nyepi tersebut ternyata memiliki manfaat untuk manusia lain di seantero Bumi.
Suatu fakta ilmiah menyebutkan bahwaNyepi bermanfaat untuk mengurangi polusi udara dan suara, serta meningkatkan kualitas lingkungan.
Selain itu, Nyepi juga memberikan kesempatanbagi siapa saja untuk menghargai nilai-nilai kesucian, kedamaian, kerukunan, dan keharmonisan dalam kehidupan.
Terakhir, pada hari Ngembak Geni yang dirayakan sehari setelah Nyepi mengandung makna sangat mendalam, yaitu untuk mewujudkan suasana kebersamaan dan kemanusiaan yang menjadi simbol kehidupan selaras, seimbang, dan harmonis yang didambakan.