Intisari-online.com - Penumpang bawa bika ambon didenda Rp2juta saat ini sedang viral di media sosial.
Berita ini mengisahkan seorang wanita yang marah-marah karena diminta membayar biaya kelebihan bagasi sebesar Rp2 juta oleh petugas Bandara Kualanamu Medan saat membawa tiga dus bika ambon sebagai oleh-oleh.
Namun, berdasarkan penjelasan dari pihak Bandara Kualanamu, biaya tersebut bukanlah denda, melainkan biaya kelebihan bagasi yang dibayar ke maskapai yang bersangkutan.
Pihak bandara juga menyatakan bahwa pengaturan bagasi bukanlah kebijakan bandara, melainkan maskapai. Pihak bandara hanya memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan dengan cara memantau barang bawaan penumpang.
Oleh karena itu, berita tentang penumpang bawa bika ambon didenda Rp2 juta adalah hoaks atau tidak benar.
Penumpang tersebut tidak didenda oleh bandara, melainkan diminta membayar biaya kelebihan bagasi oleh maskapai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Baca Juga: Bika Ambon Asalnya Bukan Dari Ambon, Wingko Babat Bukan Dari Semarang
Bika ambon sendiri adalah kue basah yang memiliki tekstur lembut dan berongga dengan rasa manis dan harum. Bika ambon biasanya berwarna kuning karena menggunakan telur dan santan sebagai bahan utamanya.
Namun, tahukah Anda bahwa bika ambon ternyata tidak berasal dari Ambon? Lalu, mengapa kue ini dinamakan bika ambon? Apa sejarah di balik nama dan asal muasal kue ini?
Hingga kini, belum ada kepastian dan studi sosiokultur tunggal tentang asal muasal bika ambon. Namun, ada beberapa versi yang beredar di masyarakat tentang asal nama kue ini.
Versi pertama menyebutkan bahwa bika ambon terilhami dari bingka atau bika, yaitu kue khas Melayu yang dibuat dari gula, telur, tepung dan santan. Kue ini kemudian dimodifikasi dengan menggunakan nira atau tuak enau sebagai pengembang sehingga menghasilkan tekstur berongga.
Bingka atau bika ini pertama kali dijual dan populer di simpang Jalan Ambon-Sei Kera Medan. Oleh karena itu, kue ini kemudian dikenal dengan sebutan bika ambon .
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR