Film Bel Canto: Kisah di Balik Penyerangan dan Penyanderaan di Rumah Duta Besar Jepang di Peru

Mentari DP

Editor

Film Bel Canto dan kasus penyerangan ke rumah duta besar Jepang (Japanese embassy hostage crisis atau juga disebut Krisis Lima).
Film Bel Canto dan kasus penyerangan ke rumah duta besar Jepang (Japanese embassy hostage crisis atau juga disebut Krisis Lima).

Intisari-Online.com - Film 'Bel Canto' akan tayang hari Sabtu (18/3/2023) pukul 21.45 WIB di Trans TV.

Ini merupakan film Amerika Serikat (AS) yang dirilis tahun 2018 silam.

Disutradarai oleh Paul Weitz, film inididasarkan pada novel tahun 2001 denganjudul yang sama oleh Ann Patchett.

Dan rupanya film ini merupakan kisah nyata yang berdasarkanpenyerangan ke rumah duta besar Jepang(Japanese embassy hostage crisis atau juga disebut Krisis Lima) tahun 1996–1997 di Lima, Peru.

Dilansir darihistory.com pada Sabtu (18/3/2023), pada tanggal 16 Desember 1996, 14 teroris Tupac Amaru, menyamar sebagai pelayan dan katering.

Gerakan Revolusi Tupac Amaru (MRTA) didirikan pada tahun 1984 sebagai organisasi militan yang didedikasikan untuk revolusi komunis di Peru.

Lalu mereka menyelinap ke rumah Duta Besar Jepang Morihisa Aoki di Lima, Peru.

Padahal saat itu sedang ada sebuah pesta untuk memperingati ulang tahun kaisar Jepang.

Karena kejadian ini, teroris bersenjata menyandera 490 orang, termasuk para politisi.

Polisi segera mengepung kompleks rumah kedutaan Jepang tersebut.

Setelah negosiasi, para teroris setuju untuk membebaskan 170 wanita dan tamu lanjut usia.

Baca Juga: Kasus di Balik Film The Crucifixion, Kematian Biarawati dalam Pengusiran Setan

Akan tetapi menyatakan mereka akan membunuh 220 sisanya jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Beberapa hari kemudian, para teroris mulai membebaskan semua sandera.

Kecuali 72 sandera dan menuntutpembebasan 400 anggota MRTA yang dipenjara di Peru.

Di antara pejabat penting yang disandera di rumah duta besar Jepang adalah saudara laki-laki Presiden Fujimori, Menteri Luar Negeri Francisco Tudela, hakim agung, anggota partai yang berkuas, dan sejumlah duta besar asing dari Jepang dan negara lain.

Presiden Peru Alberto Fujimori, yang dikenal mengambil sikap garis keras terhadap gerilyawan sayap kiri di Peru, tidak menyerah pada poin-poin penting tuntutan para pemberontak.

Pada April 1997, dia memerintahkan penyerangan ke kompleks tersebut oleh tim pasukan khusus beranggotakan 140 orang.

Setelah diam-diam memperingatkan para sandera 10 menit sebelum penyerangan, tim pasukan khusus meledakkan terowongan di bawah gedung, yang mengejutkan para teroris.

Kejadian ini langsung membunuh delapan dari 14 orang teroris.

Lalu prajurit elit lainnya menyerang dari beberapa arah lain, mengalahkan teroris yang tersisa.

Semua 14 pemberontak tewas dalam serangan itu, termasuk pemimpinnya, Nestor Cerpa, yang ditembak berkali-kali.

Hanya satu sandera, Hakim Agung Carlos Giusti, yang tewas dalam serangan itu.

Sementara beberapa tentaraada yang terluka selama operasi penyelamatan dan dua tentara tewaskarena luka-luka mereka.

Baca Juga: Jadi Latar Film True Legend, Ini 5 Fakta Dinasti Qing, Awalnya Makmur Akhirnya Menderita

Artikel Terkait