Intisari-Online.com Film 'Once Upon a Time in Shanghai' akan tayang pada Kamis (16/3/2023) pukul 23.00 WIB di GTV.
Ini merupakan film seni bela diri tahun 2014 yang didasarkan pada film Hong Kong tahun 1972 dengan judul The Boxer From Shantung.
Rupanya ini didasarkan pada kisah nyata seorang petinju Dinasti Ching.
Pada masa China Kuno, petinju dikenal sebagai seniman bela diri yang berbakat dan luar.
Namun dalam sejarahnya, 'petinju' adalah nama yang diberikan orang asing kepada masyarakat rahasia China yang dikenal denganYihequan.
Kelompok itu mempraktikkan ritual tinju dan senam tertentu dengan keyakinan bahwa ini membuat mereka kebal.
Pada akhirnya keyakinan mereka itu malah mengobarkan pemberontakan melawan dinasti Qing pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19.
Tujuan mereka awalnya hanya untuk menghancurkan dinasti Qing.
Akan tetapi tujuan itu berubah menjadiberusaha mengusir semua orang asing dari China.
Dilansir dari britannicapada Kamis (16/3/2023), mereka lalu dikenal dengan nama Boxer Rebellion (Pemberontakan Petinju).
Salah satu penyebab pemberontakan itu adalah meningkatnyaemiskinan ekonomi, serangkaian bencana alam yang tidak menguntungkan, dan agresi asing yang tak terkendali di daerah tersebut pada akhir abad ke-19.
Baca Juga: Film 2012 yang Ceritakan Akhir Dunia, Benarkah Berasal dari Kalender Maya Kuno?
Lalu mereka mulaimeningkatkan kekuatan mereka di provinsi-provinsi di China Utara.
Gubernur provinsi Shandong mulai mendaftarkan kelompok Boxer sebagai kelompok milisi lokal, mengubah nama mereka dari Yihequan menjadi Yihetuan.
Saat itu, banyak pejabat dinasti Qing percaya bahwaritual Boxer benar-benar membuat mereka kebal terhadap peluru.
Apalagi kelompok itu mendapat dukungan dari Cixi,janda permaisuri yang berkuasa.
Pelan-pelan, kelompok ini mulai memprovokasi. Salah satunya terhadap orang asing.
Pada akhir tahun 1899, Boxers secara terbuka menyerang orang Barat dan orang Kristen Tionghoa.
Di Beijing, merekamembakar gereja dan tempat tinggal asing serta membunuh tersangka orang Tionghoa Kristen di tempat.
Pada 17 Juni1899, kekuatan asing membalas dengan merebut benteng Dagu di pantai untuk memulihkan akses dari Beijing ke Tianjin.
Keesokan harinya Cixi memerintahkan agar semua orang asing dibunuh.
Menteri Jerman dibunuh, dan menteri luar negeri lainnya serta keluarga dan staf mereka, bersama dengan ratusan orang Kristen Tionghoa, dikepung di tempat kedutaan mereka dan di katedral Katolik Roma di Beijing.
Ketika pemberontakan semakin mengerikan, pasukaninternasional yang terdiri dari sekitar 19.000 tentara dikumpulkan.
Baca Juga: Film The Grandmaster Of Kungfu, Kisah Nyata Master Kung Fu, Ip Man, Benarkah Gurunya Bruce Lee?
Sebagian besar tentara berasal dari Jepang dan Rusia, tetapi banyak juga dari Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Austria-Hongaria, dan Italia.
Pada 14 Agustus 1900, pasukan itu akhirnya merebut Beijing, membebaskan orang asing dan Kristen yang terkepung di sana sejak 20 Juni.
Pasukaninternasional lalu menjarah ibu kota. Hal ini membuat Cixi dan beberapa orang melarikan diri ke barat ke Xi'an di provinsi Shaanxi.
Di istana, hanya ada beberapa pangeran kekaisaran yang berusaha melakukan negosiasi.
Akibat dari kejadian ini sekitar lebih dari 100.000 orang tewas. Mereka termasuk warga sipil, ribuan orangKristen Tionghoa.
Namun korban terbanyak adalah warga asing.
Baca Juga: Punya Harta Rp627 Triliun, Ini3 Fakta Raja Vajiralongkorn, Raja Terkaya di Dunia