Intisari-Online.com - Periode Antebellum sering dikenang sebagai era romantis atau soal perkebunan besar.
Tapi realitas kehidupan di selatan Antebellum jauh dari ideal.
Ditandai dengan perubahan yang bergejolak dalam politik perbudakan dan pembagian cita-cita Amerika, periode ini malah memiliki sejarah yang gelap.
Dilansir dari thevintagenews.com pada Minggu (12/3/2023), Periode Antebellum mendapatkan namanya dari frase Latin "ante bellum" yang artinya "sebelum perang".
Sejak tahun 1815, perbudakan dengan cepat menjadi 'ekonomi' utama di sana. Bahkan menjadi sebuah budaya.
Padahal sebelum tahun 1815, perbudakan dipandang sebagai sistem sementara yang digunakan untuk membangun negara Amerika yang masih berusia muda.
Tetapi seiring masuk ke abad ke-19, banyak pemilik budak mulai melihat bahwa perbudakan bukan hanya alat untuk mencapai tujuan, tetapi juga merupakan 'tambang emas'.
Pada abad ke-18, perdagangan budak Transatlantik (membawa orang Afrika untuk diperbudak ke selatan Amerika) dengan tujuan sebagai tenaga kerja gratis di bidang pertanian mulai dilakukan.
Pada 1790, hampir 700.000 orang yang diperbudak tinggal di Amerika Serikat, kira-kira 18% dari populasi AS.
Jumlah itu tumbuh menjadi lebih dari tiga juta pada tahun 1850.
Sayangnya pengalaman perbudakan di sana sangat mengerikan.
Baca Juga: Film The Grandmaster Of Kungfu, Kisah Nyata Master Kung Fu, Ip Man, Benarkah Gurunya Bruce Lee?
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR