Disebut Berpotensi Tenggelam Karena Banjir Tiap Tahun, Ini Proyek Supergila Untuk Selamatkan Jakarta

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Banjir Jakarta Senin (27/2/23).
Ilustrasi - Banjir Jakarta Senin (27/2/23).

Intisari-online.com - Setiap musim hujan Jakarta selalu mengalami banjir, seperti yang terjadi belakangan ini.

Hari ini, Senin (27/2/23) Jakarta kembali mengalami banjir akibat intensitas hujan yang lebat.

Hujan yang mengguyur Jakarta tersebut memiliki angka 50-100 mm per hari, dan berlangsung sejak kemarin hingga saat ini.

Hal itu pun menyebabkan Jakarta kembali mengalami banjir.

Bahkan menurut catatan sejarah banjir di Jakarta sudah terjadi sejak tahun 2007 silam.

Kondisi Jakarta yang terus mengalami banjir membuatnya menjadi kota paling berpotensi untuk tenggalam di dunia.

Banjir di Jakarta dikatakan memiliki laju 2 mm per tahun layaknya Venesia.

Untuk mengangkal situasi terburuk, beberapa tembok laut dibangun di Jakarta Utara, yang diperkirakan tenggelam 25 cm per tahun.

Mneurut The Guardian, Jakarta berpotensi tenggelam karena mengalami ambles.

Namun sempat muncul wacana penyelamatan Jakarta dengan nominal Rp555 triliun.

Gambaran skenario tersebut membutuhkan biaya yang cukup fantastis untuk menyelamatkan Jakarta dari ancaman tenggelam.

Baca Juga: Lulus di Sekolah yang Sama dengan AHY dan Anak Ferdy Sambo, Anak Pejabat Dirjen Pajak Berprestasi?

Menurut Guardian, amblesnya tanah Jakarta disebabkan ledakan blok apartemen baru, pusat perbelanjaan, dan kantor pemerintahan.

Meskipun saat ini sudah ada pembatasan resmi pada ekstraksi air tanah.

Tak hanya pembatasan pengambilan air dari tanah berpori ini, namun tanah di Jakarta yang memiliki berat dan pemadatan juga menjadi pemicunya.

Peta proyek NCID
Peta proyek NCID

Konkretisasi Jakarta menyebabkan peningkatan limpasan, yang membuat banjir menjadi lebih buruk.

Air tak meresap kembali ke dalam tanah dan menjadi persediaan air tanah.

Amblesan tanah yang terus meningkat, bahaya banjir, dan bencana yang disebabkan oleh gelombang laut.

Air sungai di musim hujan membengkak dan membentur tepian gravitasi sehingga tidak membantunya mengalir sampai teluk.

Bahaya banjir sama tuanya dengan kota Jakarta itu.

Belanda mantan penjajah yang pernah singgah di Jakarta pun pernah berupaya mengendalikan banjir dengan membangun jaringan kanal dalam upaya mengendalikan aliran air.

Tetapi tidak pernah mengatasinya, dan kini para insiyur dan pengusaha Belandapernah menawarkan proposal untuk mengendalikan air untuk kembali ke tanah.

Tawaran tersebut dikenal dengan sebutan Giant Sea Wall dan proyek Great Garuda.

Baca Juga: Pemuda Mengizinkan Sukarno Kembali ke Jakarta dari Rengasdengklok

Proyek ini membutuhkan biaya 40 miliar dollar AS, untuk membuat bendungan besar 25 mil melintasi Teluk Jakarta.

Kemudian menciptakan laguna buatan manusia yang besar dengan megacity pantai disekitar tanah reklamasi.

Proyek ini dinamain dengan program Pengembangan Pesisir Terpadu Ibukota Nasional (NCICD), yang didukung pemerintah Belanda.

Reklamasi dilakukan untuk membuat 17 pulau lepas pantai di kota yang dirubah menjadi konsep kota di tepi laut baru.

Kemudian menyebar keluar dari dinding laut dengan bentuk garuda.

Ilustrasinya mirip dengan pulau palm buatan di lepas pantai Dubai.

Giang Sea Wall menjadi satu-satunya cara menyelamatkan kota Jakarta dari banjir dan ancaman tenggelam.

Namun, masalahnya adalah penggusuran massal akan terjadi dan membuatnya jatuh dalam perselisihan pemerintah dengan rakyat kecil.

Artikel Terkait