Inilah Rumah Malige, Kediaman Raja Buton yang Dibangun Tanpa Menggunakan Paku

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Rumah Malige
Rumah Malige

Intisari-online.com - Salah satu tempat bersejarah unik yang ada di Indonesia adalah rumah Malige.

Rumah Malige ini merupakan bangunan yang cukup unik dan jarang diketahui masyarakat Indonesia.

Menurut Kompas.com, rumah Malige juga termasuk tempat bersejarah di Indonesia yang lokasinya di Sulawesi Tenggara.

Rumah ini memiliki bentuk seperti rumah panggung.

Hal unik dari rumah ini adalah dibangun tanpa paku, meski rumah ini terbuat dari kayu, kok bisa ?

Nama Malige sebenarnya berasal dari kata mahligai yang artinya istana.

Dibangun tanpa paku rumah ini dibuat saling mengikat.

Bangunan ini bahkan masih terlihat kokoh dan megah meski hingga saat ini.

Menurut catatan sejarah rumah ini dulunya adalah kediaman Sultan Buton dan keluarganya.

Dibangun pada tahun 1930 dengan model panggung.

Rumah Malige memiliki empat lantai dengan luas ruangan berbeda-beda.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Penjara dan Tempat Eksekusi, Inilah Sejarah Pulau Nusakambangan

Lantai 1 lebih luas, sedangkan lantai 2 lebih sempit dari lantai 1 dan lantai 3 lebih sempit dari lantai 2.

Namun, lantai 4 lebih luas dari lantai 3.

Kemudian untuk dapur dan toilet pada rumah Malige ini juga dibuat terpisah, di bangunan kecil di belakang rumah.

Nah, salah satu hal menarik dari bangunan ini adalah dibuat tanpa paku meski dari kayu.

Rumah Malige terbuat dari kayu yang sangat besar dengan tiang penyangga berjumlah 40.

Bahkan uniknya bangunan ini tak menggunakan pasak sama sekali.

Sementara itu, setiap ruangan di rumah Malige ini memiliki fungsi masing-masing.

Misalnya saja pada lantai 1 rumah ini digunakan untuk menerima tamu, ruang sidang, kamar tidur dan ruang makan tamu.

Juga menjadi kamar anak-anak yang sudah menikah.

Berikutnya pada lantai 2 digunakan untuk ruang tamu keluarga, kantor, gudang, ruang keluarga sultan, dan aula.

Baca Juga: Ferdy Sambo Divonis Hukuman Mati: Inilah Lembah Kematian Nirbaya, Tempat Ekeskusi Mati di Pulau Nusakambangan

Selanjutnya adalah lantai tiga yang berfungsi sebagau ruang santai keluarga raja.

Terakhir adalah lantai empat yang digunakan sebagai tempat penjemuran.

Selain itu, bangunan ini terkessn unik dengan beberapa hiasan ditemukan pada bangunan ini.

Misalnya ada ukiran buah nanas, daun ake, buah butun, bunga teratai, dll.

Setiap motif ini juga memiliki makna yang beragam.

Misalnya ukiran nanas menggambarkan keuletan dan kesejahteraan.

Artikel Terkait