Kata sinkronik atau sinkronis berasal dari bahasa Yunani, syn, yang berarti dengan, dan chronoss, yang berarti waktu.
Jika disimpulkan, makna sejarah secara sinkronis adalah mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara lebih mendalam.
Alasan sejarah bersifat sinkronis karena ilmu ini dapat menjelaskan tentang bagaimana berbagai aspek tersebut berpengaruh terhadap terjadinya sebuah peristiwa dalam rentang waktu tertentu.
Contoh peristiwa sejarah yang bersifat sinkronis adalah penyerbuan Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya oleh Belanda di Tegalrejo pada 20 Juli 1825.
Apabila dilihat dari sifat sinkronisnya, Perang Diponegoro diketahui dimulai pada 20 Juli 1815.
Pertempuran berlangsung secara pelik ketika Pangeran Diponegoro membuat beberapa strategi guna menghalangi adanya bantuan dari luar untuk Belanda, menghimpun dukungan dari bupati, ulama, dan bangsawan, serta membagi wilayah pertahanan.
Pada akhirnya, Diponegoro berhasil bersembunyi di Desa Selarong dan menyusun strategi perang di sana.
Ciri-ciri sejarah bersifat sinkronis adalah:
Kaitan Ilmu Sejarah dan Ilmu Sosial
Hubungan antara ilmu sejarah dengan ilmu sosial adalah saling terkait.
Baca Juga: Simak Alasan Mengenai Jenis Historiografi Mana yang Lebih Baik?
Kedua subjek atau bidang tersebut mempunyai hubungan timbal balik.
Hal ini disebabkan adanya ilmu sejarah merupakan masih menjadi bagian dari ilmu sosial.
Oleh sebab itu, kedua subjek tersebut merupakan suatu bidang yang tidak dapat terpisahkan.
Beberapa keterkaitan antara ilmu sejarah dengan ilmu sosial adalah sebagai berikut.
Baca Juga: Berikan Solusi untuk Mengatasi Tantangan Tersebut (Konsistensi Tradisi Sasi)
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR